Pernahkah Anda mendengar soal gangguan konversi? Gangguan konversi adalah penyakit yang memengaruhi fungsi sistem saraf, tapi tidak terkait dengan penyakit saraf atau penyakit lainnya.
Gejalanya dapat muncul dalam beberapa episode yang sifatnya sementara atau bisa juga bertahan lama. Simak ulasannya berikut ini untuk mengenal gangguan konversi.
Gangguan konversi adalah penyakit yang menyerang sistem saraf
Gangguan konversi adalah kondisi kejiwaan di mana seseorang merasakan gejala fisik berupa kehilangan kendali terhadap fungsi sistem saraf dan gejala tersebut tidak terkait dengan penyakit lainnya.
Kondisi ini disebut juga dengan gangguan neurologis fungsional, yang mengacu pada fungsi sistem saraf pusat yang tidak normal. Kelainan ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
(Baca juga: Senang Main Gadget dan Sering Kesemutan? Waspada Neuropati!)
Dilansir dari Medical News Today, penyebab terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun, periset percaya bahwa kondisi ini muncul sebagai respons fisik terhadap trauma mental, fisik, atau psikologis. Pemicu munculnya gejala meliputi:
- Adanya kejadian menegangkan
- Mengalami trauma emosional, stres, atau trauma fisik
- Adanya perubahan fungsi otak, baik itu pada struktur, sel-sel, atau reaksi kimia pada tubuh
Orang yang memiliki penyakit ini biasanya akan mengalami gejala fisik sebagai usaha untuk mengatasi konflik yang dirasakan atau dipikirkan. Misalnya, seorang wanita yang benci kekerasan dan berpikir bahwa dirinya tidak akan melakukan kekerasan, tiba-tiba merasa mati rasa di bagian tangannya ketika ia sangat marah dan ingin memukul orang lain. Alih-alih membiarkan dirinya memukul seseorang, ia akan merasakan gejala fisik, yaitu mati rasa pada tangannya.
Apa saja gejala gangguan konversi?
Berikut gejala-gejala gangguan konversi yang memengaruhi pergerakan dan fungsi tubuh, seperti:
- Lemas
- Lumpuh sementara pada tangan dan kaki
- Kehilangan keseimbangan
- Kejang
- Kesulitan menelan, seperti ada yang mengganjal di tenggorokan
- Kesulitan berjalan
- Gerakan bagian tubuh tidak terkontrol atau gemetar (tremor)
- Pingsan (serangan non-epilepsi)
Beberapa gejala yang memengaruhi indra meliputi:
- Kehilangan sensasi perabaan (mati rasa)
- Gangguan penglihatan, meliputi penglihatan ganda atau kebutaan
- Gangguan berkomunikasi, meliputi kehilangan suara atau perubahan artikulasi
- Gangguan pendengaran, meliputi kesulitan mendengar atau tidak dapat mendengar sama sekali
Setiap pasien mengalami gejala yang bervariasi sifatnya bisa ringan atau parah. Terjadinya bisa sementara, bisa juga dalam waktu yang lama. Akibatnya, kemampuan tubuh untuk berfungsi secara normal akan terganggu. Tingkat keparahan atau kecacatan yang disebabkan oleh gangguan konversi bisa serupa dengan yang dialami oleh orang-orang dengan penyakit medis lainnya yang serupa.
Orang-orang yang berisiko dengan gangguan konversi adalah orang dengan kondisi, seperti:
- Memiliki riwayat penyakit neurologis atau kelainan seperti epilepsi, migrain, atau kelainan gerakan
- Memiliki kelainan disosiatif (gangguan pada memori, identitas, kesadaran, dan persepsi)
- Memiliki gangguan kepribadian (ketidakmampuan mengelola perasaan dan perilaku yang diharapkan dalam situasi sosial tertentu)
- Memiliki kondisi kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan
- Memiliki riwayat pelecehan seksual atau kekerasan fisik
Bila mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan, segera pergi ke dokter untuk mengetahui penyebab munculnya gejala dan mendapatkan pengobatan yang tepat.
Bagaimana gangguan konversi didiagnosis?
Tidak ada tes tandar yang dilakukan untuk kondisi ini. Namun, menurut Medline Plus, pasien dengan kondisi ini akan didiagnosis menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang meliputi: