Kamera Generasi Mendatang Bisa Menembus Tembok

By , Sabtu, 10 Maret 2018 | 11:00 WIB

Pencitraan piksel-tunggal hanya salah satu inovasi paling sederhana dalam teknologi kamera yang akan datang dan bertumpu, dilihat sekilas, pada konsep tradisional tentang apa yang membentuk sebuah gambar. Sekarang ini kita sedang menyaksikan pasangnya gelombang minat terhadap sistem-sistem yang menggunakan banyak informasi yang hanya sedikit dihimpun oleh teknik-teknik tradisional.

Di sinilah kita bisa menggunakan pendekatan-pendekatan multi-sensor yang melibatkan banyak detektor berbeda yang menunjuk pada objek yang sama. Teleskop Hubble adalah contoh pelopor dalam memproduksi gambar yang dibuat dari kombinasi banyak citra berbeda yang diambil pada panjang gelombang yang juga berbeda. Kini Anda bisa membeli versi komersial teknologi jenis ini, misalnya kamera Lytro yang menghimpun informasi tentang intensitas dan arah cahaya pada sensor yang sama untuk menghasilkan gambar yang bisa difokuskan ulang setelah gambar yang dimaksud diambil.

Baca juga: CIMON, Calon Penghuni Baru di Stasiun Luar Angkasa

Light L16. Light

Barangkali kamera generasi mendatang akan terlihat seperti kamera Light L16 yang mengusung teknologi terobosan berdasarkan lebih dari sepuluh sensor yang berbeda. Data kamera jenis ini dikombinasikan dengan sebuah komputer untuk menghasilkan gambar berukuran 50 Mb kualitas profesional yang bisa difokuskan ulang dan di-zoom ulang. Kamera itu sendiri terlihat seperti interpretasi sangat dramatis Picasso atas kamera telepon seluler yang sangat dahsyat.

Tapi itu semua baru langkah pertama menuju sebuah generasi baru kamera yang akan mengubah cara kita berpikir dan mengambil gambar. Para peneliti juga sedang bekerja keras mengatasi persoalan melihat dengan menembus kabut, melihat di balik tembok, bahkan pencitraan jauh di dalam tubuh dan otak manusia. Semua teknik ini bertumpu pada kombinasi gambar-gambar dengan model-model yang menjelaskan bagaimana cahaya bergerak melalui atau di sekitar zat-zat yang berbeda.

Pendekatan menarik lain yang semakin populer bertumpu pada kecerdasan buatan untuk “belajar” mengenali objek dari data. Teknik-teknik ini diilhami oleh proses pembelajaran otak manusia dan kemungkinan besar akan memainkan peran utama dalam sistem pencitraan di masa depan.

Baca juga: Sistem Tanam Dan Panen Tanpa Bantuan Tangan Manusia, Bagaimana Caranya?

Teknologi pencitraan kuantum dan foton tunggal juga semakin matang hingga mencapai titik bisa mengambil gambar dengan tingkat cahaya luar biasa rendah dan video dengan kecepatan fantastis hingga satu triliun frame per detik. Kecepatan ini sudah cukup bahkan untuk menangkap gambar-gambar cahaya itu sendiri bergerak sebagai objeknya.

Sebagian dari aplikasi-aplikasi ini mungkin memerlukan sedikit waktu untuk berkembang sepenuhnya. Tapi kini kita tahu bahwa fisika yang mendasari pasti memungkinkan kita untuk menyelesaikan problem ini dan problem lain melalui kombinasi cerdas perpaduan teknologi baru dan kecakapan komputasi.

Daniele Faccio, Professor of Quantum Technologies, University of Glasgow dan Stephen McLaughlin, Head of School of Engineering and Physical Sciences, Heriot-Watt University

Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.