Kereta Terbang dan Burung Eksotis: Bagaimana Masyarakat Abad ke-17 Berencana Mengunjungi Bulan

By , Jumat, 9 Maret 2018 | 15:00 WIB

Selama ratusan tahun, orang sudah bermimpi melakukan perjalanan ke luar angkasa.

Impian itu datang jauh sebelum adanya teknologi spektakuler saat ini—mesin perkasa yang menyemburkan api dan halilintar, serta wahana logam kemilau yang mengarungi luasnya alam semesta.

Kita memang baru berhasil menjelajah angkasa pada abad kemarin, tetapi hasrat manusia untuk mencapai Bulan sama sekali bukan hal baru. Pada abad kedua Masehi, True History karya Lucian, sebuah parodi kisah perjalanan, sudah menggambarkan sekelompok petualang yang terangkat ke Bulan.

Baca juga: Apa itu Lubang Cacing? Benarkah Ada?

Angin puyuh membawa mereka ke turbulensi politik Bulan—sebuah perang koloni.

Sketsa Bulan dari Galileo, 1610. (Wikimedia Commons)

Jauh hari sebelum bunyi “bip” satelit terdengar, impian akan perjalanan ke Bulan ini benar-benar dipikirkan dengan serius. Perhitungan teknis pertama tentang cara bepergian ke Bulan bisa dijumpai pada abad ke-17.

Perhitungan itu diilhami oleh berbagai penemuan astronomi. Sebelumnya, dunia dianggap dikelilingi oleh selubung eter atau kristal tempat bersemayamnya benda-benda langit. Tetapi kemudian Galileo berhasil menghimpun data observasi yang cukup untuk mendukung teori heliosentrisme Copernicus.

Itu artinya Bulan, untuk pertama kalinya, mulai dianggap sebagai sebuah objek tak tembus cahaya mirip Bumi.

Utusan Bintang karya Galileo, diterbitkan pada tahun 1610, bahkan menampilkan beberapa sketsa relief Bulan yang aneh. Pada tahun 1620, opera topeng Kabar dari Dunia Baru yang Ditemukan di Bulan karya Ben Jonson dipentaskan di hadapan Raja James I. Selain menghibur kalangan istana dengan satire, opera itu juga menerangkan berbagai sudut pandang astronomi terbaru.

Dalam konteks minat menggebu-gebu pada Bulan inilah John Wilkins, pemuda 24 tahun alumnus Universitas Oxford, pada tahun 1638 menerbitkan edisi pertama bukunya The Discovery of a World in the Moone. Buku ini memopulerkan deskripsi Galileo tentang Bulan sebagai dunia solid dan bisa dihuni.

Baca juga: Ini Dia Awal Mula Olahraga Terjun Payung

A World in the Moone 

Gambar muka The Man in the Moone, Francis Godwin (1562-1633). (Houghton Library, Harvard University)

Ketika mempersiapkan edisi kedua Discovery, yang akhirnya terbit pada 1640, Wilkins terkesan oleh kisah Francis Godwin The Man in the Moone, yang juga muncul pada tahun 1638, di mana karakter bernama Domingo Gonzales diangkut ke Bulan dengan kereta yang ditarik oleh sekawanan angsa.