Kerumitan dan Refleksi Mandala: Evolusi dari Desain Suci hingga Terapi

By Sysilia Tanhati, Senin, 17 Januari 2022 | 14:00 WIB
Secara tradisional, mandala mewakili kerumitan alam semesta dan berfungsi sebagai panduan untuk praktik reflektif seperti meditasi. (Jayateja/Wikimedia)

Mandala telah dimasukkan dalam desain arsitektur juga. Misalnya, Candi Borobudur di Jawa dibangun sebagai mandala-yantra interaktif. Seseorang seharusnya berjalan dalam struktur ini dalam pola tertentu sambil mencari pencerahan.

Candi Borobudur terdiri dari sembilan platform bertumpuk, enam bujur sangkar dan tiga lingkaran, dan diatapi oleh kubah pusat. Terdapat 2.672 panel relief dan 504 patung Buddha yang menghiasi bangunan untuk memberikan inspirasi dan refleksi.

Gambar suci yang sangat mirip mandala telah dicatat dalam beberapa budaya dan konteks di seluruh dunia. Misalnya, penyembuh Navajo membuat desain seperti mandala di pasir. Seperti ritual biksu Buddha Tibet, gambar-gambar ini diyakini memiliki khasiat penyembuhan.

Namun, penyembuh Navajo sering berfokus pada membantu satu orang. Penyembuh memilih desain khusus sesuai dengan situasi dan meminta pasien menempatkan dirinya di tengah desain. Dewa penolong dipanggil dan keseimbangan serta kesehatan dipercaya dapat dipulihkan. 'Mandala' ini terkadang dibandingkan dengan roda pengobatan Amerika Utara.

Baca Juga: Menilik Sistem Pendidikan Kuno di India, 1.500 Tahun Sebelum Masehi

Seorang psikolog, Carl Gustav Jung membuka mata Barat terhadap konsep mandala yang berasal dari Timur.

Jung melihat mandala sebagai sarana untuk mendapatkan akses yang lebih baik ke dalam diri. Membayangkan mandala dalam mimpi atau muncul secara tidak terduga dalam karya seni menunjukkan bahwa individu tersebut memperoleh kesadaran diri. Bentuk lingkaran suci diyakini sebagai cara seseorang menyatukan aspek-aspek yang berlawanan dari kepribadiannya.

Saat ini, mandala biasa ditemukan dalam konteks terapi seni. Hal ini karena bentuk seni diyakini dapat memberikan wawasan tentang perubahan dalam kehidupan seseorang dan meningkatkan relaksasi.

Menggambar melingkar dipandang menenangkan dan menggambar, melukis, atau mewarnai mandala membantu orang mengekspresikan kreativitas mereka juga.

Psikolog dapat menganalisis urutan gambar mandala yang dibuat selama beberapa minggu atau bulan. Tujuannya untuk mendapatkan wawasan tentang perubahan fitur pengalaman, kepribadian, dan emosi seseorang. Ini karena gambar mandala akan berubah seiring berjalannya waktu. Menggambar mandala juga digunakan sebagai alat meditasi juga.

Kompleksitas dalam penciptaan dan maknanya memberikan representasi suci tentang alam semesta. Meski banyak digunakan sebagai terapi seni, mandala masih dianggap sakral dalam banyak budaya.

Baca Juga: Bagaimana Suasana Tumbuhan Zaman Kerajaan? Relief Candi Merekamnya