Warga Dunia Semakin Dilanda Kelaparan Akibat Perubahan Iklim

By , Rabu, 4 April 2018 | 13:00 WIB

Data terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, pada 2016 terdapat 815 juta orang kelaparan. Ini merupakan 11 persen populasi dunia, dan peningkatan pertama dalam lebih dari 15 tahun.

Padahal antara 1990 dan 2015, berkat serangkaian inisiatif oleh komunitas global, proporsi orang yang kurang gizi di dunia sudah berkurang setengah. Pada 2015, negara-negara anggota PBB menjalankan Sustainable Development Goals, yang bertujuan mengakhiri seluruh kelaparan pada 2030.

Namun laporan PBB baru-baru ini menunjukkan bahwa kelaparan meningkat lagi—setelah bertahun-tahun turun.

Planet kita telah menjelma menjadi tempat yang tak stabil dan tak terduga selama beberapa tahun terakhir. Banjir, kebakaran, serta kekerasan melanda. Bencana itu membuat daerah miskin yang termarjinalkan dan terkoyak perang kesulitan mengakses makanan yang memadai.

FAO

Saya mempelajari keputusan yang dibuat oleh petani dan penggembala ternak atas tanaman, hewan, dan tanah mereka. Keputusan-keputusan itu dibatasi oleh kurangnya akses terhadap pelayanan, pasar atau kredit; oleh pemerintahan yang buruk atau kebijakan yang tidak cocok; dan oleh batasan etnis, gender, dan pendidikan.

Hasilnya, sering kali mereka tidak bisa banyak berbuat untuk memelihara produksi pangan yang aman atau berkelanjutan dalam menghadapi krisis.

Laporan PBB menunjukkan bahwa untuk mengurangi dan melenyapkan kelaparan, membuat agrikultur lebih produktif tidaklah cukup. Yang juga penting adalah meningkatkan pilihan yang tersedia untuk penduduk desa, dalam dunia yang tidak pasti ini.

Konflik dan perubahan iklim mengancam mata pencarian pedesaan

Di seluruh dunia, ketidakstabilan sosial dan politik sedang meningkat. Sejak 2010, konflik berbasis negara meningkat hingga 60 persen dan konflik bersenjata dalam negeri telah naik hingga 125%.

Lebih dari setengah orang yang rawan pangan (489 juta dari 815 juta) hidup di negara dengan kekerasan tanpa henti. Lebih dari tiga perempat anak malnutrisi kronis (122 juta dari 155 juta) hidup di daerah yang terdampak konflik.

Di saat yang sama, daerah-daerah tersebut tengah mengalami badai yang semakin kuat, kekeringan terus menerus, dan curah hujan yang makin tidak pasti, akibat perubahan iklim. Tren ini saling berkait.

Masyarakat yang dilanda konflik lebih rentan terhadap bencana akibat perubahan iklim, dan gagal panen atau ternak akibat iklim dapat menyebabkan kerusuhan sosial.

Perang punya dampak besar terhadap petani. Konflik dapat mengusir mereka, merusak panen dan ternak, menghalangi mereka mendapatkan benih dan pupuk atau menjual produk, membatasi akses ke air dan pakan ternak, serta mengacaukan siklus tanam atau panen.