Upaya Jakarta Atasi Kucing-kucing Liar

By , Kamis, 29 Maret 2018 | 13:00 WIB

Begitu sulit berjalan di ibukota ini tanpa melihat kucing liar di suatu tempat - berkeliaran di sekitar pertokoan atau di halte bus, biasanya mencari makanan sisa.

Beberapa daerah bahkan kondisi lebih buruk. Salah satunya adalah daerah Petamburan yang begitu banyak kucing liarnya.

Kucing-kucing ini bukanlah yang Anda bayangkan yang duduk jinak di pangkuan dan bermanja-manja dengan Anda.

(Baca juga: Hanya Ada Perempuan dan Anak-anak di Desa Adat Korban Perang Ini)

Mereka adalah hewan kelaparan, kudisan, jorok dengan sebagian bulunya yang hilang atau luka segar pada wajah mereka akibat saling cakar dengan sesamanya.

Jakarta memang sudah bebas penyakit rabies sejak 2004. Namun butuh kewaspadaan untuk menjaganya tetap seperti itu.

Di negara berpenduduk mayoritas Muslim di mana anjing tak begitu populer, kucing menjadi ancaman terbesar penyakit rabies. Itu sebabnya petugas kehewanan harus turun, setidaknya dua sampai tiga kali seminggu, untuk menjaga populasi kucing di kota ini tetap terkendali.

"Orang-orang dari daerah lain sering membuang kucing di pasar sini," kata Handono, tokoh masyarakat Petamburan.

"Kucing ini kemudian berkembang biak. Warga pun mulai memberi mereka makan tapi tidak membersihkannya. Kucing-kucing itu pun meninggalkan kotorannya dimana-mana," paparnya.

Kucing liar ditangkap untuk mengendalikan rabies di daerah Petamburan. (Phil Hemingway)

"Kami khawatir dengan rabies. Jika kucing itu hewan peliharaan maka pemiliknya akan memvaksinasi mereka. Tapi kucing-kucing liar ini tidak divaksinasi," tambah Handono.

ABC Australia mengunjungi Petamburan bersama kepala dokter hewan Jakarta Hasudungan Sidabalok dan tim yang bertugas menangkap kucing.

Para petugas tersebut mengenakan sarung tangan tebal dan masker wajah untuk perlindungan. Jelas mengapa mereka membutuhkan perlengakapan itu.

Selain beberapa menit, para petugas akan melihat seekor kucing berkeliaran di sepanjang jalan atau mengintip dari sebuah sudut.