Q'eswachaka: Jembatan Tali Inca yang Menghubungkan Tebing-Tebing Curam

By Galih Pranata, Selasa, 18 Januari 2022 | 08:00 WIB
Jembatan tali di Peru dan Andes yang bertebing curam, menjadi penting. (The Style Inspiration)

Nationalgeographic.co.id—Pegunungan Andes adalah tempat tebing-tebing besar, arus deras dan ngarai yang menakutkan. Untuk mendirikan peradaban besar di medan ekstrem ini, jembatan menjadi penting.

Praktik kuno membuat jembatan gantung telah ada sejak lama di Peru—mungkin sejak budaya Wari, yang berkembang dari tahun 600–1000 M. Pada suatu waktu, lusinan jembatan semacam itu dianggap telah menghubungkan komunitas melintasi ngarai dan sungai.

Alih-alih memusatkan seluruh energi mereka untuk membangun bangunan batu besar yang akan memakan waktu puluhan tahun atau bahkan berabad-abad lamanya, suku Inca membangun jembatan gantung tali yang dapat didirikan hanya dalam hitungan hari.

"Jembatan tali Inca membentang lebih jauh daripada jembatan Eropa mana pun di era yang sama dan juga sangat kuat," tulis Nick Dal kepada SA Expeditions, dalam artikel berjudul A closer look at Inca rope bridges, publikasi 31 Mei 2016. 

Profesor MIT (Massachusetts Institute of Technology), John Ochsendorf, telah melakukan tes yang menunjukkan bahwa kabel jembatan Inca merupakan yang paling kokoh di zamannya. 

Jembatan tali dibuat dengan menggabungkan kulit, tanaman merambat dan cabang, yang dapat menopang sekitar 90 ribu kilogram. 

"Jembatan-jembatan itu sangat kuat dan menakjubkan, sehingga saat suku dari luar melihatnya, mereka akan tunduk kepada suku Inca tanpa perlawanan," ungkap Wayne Clough dalam tulisan Dal.

Diketahui, para penakluk akan menjadi ciut dan mulai berkurang pasukannya, ketika mereka menjadi merangkak karena ketakutan, melintasi jembatan tali yang bergoyang di atas ribuan meter di atas jurang di antara tebing curam, meskipun jembatan itu dapat menahan beban ribuan tentara.

Orang-orang Spanyol awal mengagumi Q’eswachaka. (Wikimedia Commons)

"Orang Spanyol awal (datang untuk menguasai Peru di era kolonial), seperti Pedro de Cieza de León, terpesona dengan jembatan Inca," lanjutnya.

Tetapi kedatangan orang-orang Spanyol memiliki efek yang menghancurkan bagi masyarakat adat setempat. Orang Eropa membawa penyakit yang menghancurkan populasi Pribumi. Komunitas lokal berkurang yang menjadikan Inca benar-benar sepi.

Ketertarikan orang Spanyol pada mineral berharga, seperti emas dan perak, juga mengalihkan upaya masyarakat adat ke kegiatan lain, seringkali meninggalkan kewajiban komunal lainnya, seperti membangun jembatan.

Hanya satu jembatan tali Inca yang mampu bertahan sampai hari ini. Jembatan itu bernama Q'eswachaka, membentang di sungai Apurimac dekat Huinchiri di Peru, sekitar tiga jam perjalanan dari Cusco, ibu kota Inca dulu.

Jembatan rumput tenunan tangan ini membentang sepanjang 120 kaki. Dibangun kembali setiap satu atau dua tahun sebagai upaya bersama melestarikan peradaban Inca, oleh semua penduduk lokal di wilayah tersebut.

Sekitar 700 pria dan wanita berkumpul di Q'eswachaka untuk pesta yang merayakan pembangunan jembatan. Pesta berlangsung selama empat hari setiap bulan Juni.

Tiga hari pertama didedikasikan untuk pembangunan jembatan, sedangkan hari terakhir – Minggu kedua di bulan Juni –menampilkan musik dan tarian khas yang juga memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk berjalan melintasi jembatan yang telah selesai dibangun.

Melalui sejarah Inca, dengan penuh semangat, Q'eswachaka telah mengumpulkan cukup banyak perhatian ilmiah dan media, hingga beberapa film pendek yang telah dibuat untuk mendedikasikan jembatan tersebut.

Q'eswachaka, satu-satunya jembatan tali Inka yang masih bertahan di zaman modern. (Inka Explore Viajes)

"Apresiasi global terhadap jembatan gantung di Andes sudah ada sejak lama," tulis Lidio Valdez dan Cirilo Vivanco kepada Atlas Obscura, dalam artikelnya berjudul Peru’s Incan Rope Bridges Are Hanging by a Thread, publikasi 27 September 2021.

Sampai saat ini, jembatan itu tampak seperti benang belaka, struktur yang rapuh dan bergoyang, namun masih sering dilintasi oleh manusia dan hewan, yang membawa beban di punggung mereka.

Para pelancong yang hendak melintas, menghitung waktu perjalanan mereka untuk bisa mencapai jembatan pada dini hari, sebelum angin kencang datang yang membuat jembatan bergoyang dan membahayakan diri mereka.

Baca Juga: Seniman Ini Gunakan 25 Ribu Botol Plastik Bekas untuk Membuat Jembatan