11 Penyu Mati Keracunan Aspal di Pantai Paloh

By , Senin, 16 April 2018 | 15:00 WIB

Foto bangkai penyu yang terdampar di pantai, dengan sampah yang berserakan di sekelilingnya sontak viral di media sosial. Dalam hitungan menit, foto bangkai penyu tersebut diunggah ulang. Disebutkan, lokasi penemuan bangkai berada di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat bekerja sama dengan WWF Indonesia region Kalimantan Barat, segera melakukan patroli. Paloh memiliki pantai berpasir yang membentang lebih dari 100 kilometer. Sebanyak 79% dari total garis pantainya atau 63 km merupakan habitat peneluran penyu hijau. Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Tanjung Belimbing, melalui SK Menhutbun RI No. 259/Kpts-II/2000 Tanggal 23 Agustus 2000, dengan luasan 810,30 hektar.

Patroli yang dilakukan 6 April 2018 itu, membuat para petugas konservasi terkejut. Mereka menemukan 10 ekor penyu hijau mati di pesisir pantai. Kondisinya membusuk. Diperkirakan, sudah mati beberapa hari, sebelum mencapai darat. Patroli keesokan harinya pun masih menemukan satu bangkai penyu. Kali ini jenis penyu sisik yang tidak jauh dari bangkai sebelumnya.

Artikel terkait: Lebih dari Setengah Penyu di Dunia Telah Menelan Plastik

“Ini tergolong kejadian luar biasa. Sebenarnya tidak ada ukuran, berapa angka kematian satwa langka dilindungi yang dikategorikan kejadian luar biasa. Bagi pegiat konservasi, satu kematian itu sudah luar biasa,” ungkap Sadtata Noor Adirahmanta, Kepala BKSDA Kalbar, 9 April 2018. Tim kedokteran BKSDA Kalbar dan WWF melakukan nekropsi pada lima ekor penyu yang kondisi pembusukannya belum tingkat lanjut. Terdiri empat penyu hijau dan satu penyu sisik, sisanya dikubur.

Penyu mati akibat keracunan aspal ini ditemukan di pantai Paloh, Sambas, Kalimantan Barat. (BKSDA Kalimantan Barat)

“Hasilnya, penyu-penyu itu mati dalam kondisi akut,” cetus Dwi Suprapti, Koordinator Nasional Konservasi Spesies Laut WWF-Indonesia. Masih ada sisa makanan dalam tubuhnya yang belum tercerna. “Mati mendadak,” tambah Dwi. Penyu-penyu itu masih muda atau juvenile, terlihat dari ukuran karapasnya berkisar 20-50 cm. Penyu muda biasanya hidup dekat sumber pakan.

Dari dalam pencernaannya, terdapat benda asing berwarna hitam. Bentuknya bermacam, ada yang cair, lembut, hingga padat, mirip aspal. Aspal adalah bahan kimia yang bersifat karsinogenik, terbuat dari campuran tar dan aspal minyak. Penyu-penyu muda ini mengira aspal-aspal yang mengapung di permukaan laut sebagai makanannya.

Diperkirakan, penyu ini mati di lautan sebelum mencapai pantai. (BKSDA Kalimantan Barat)

Petugas lantas mencari jejak sejenis di sekitar pantai. Benda asing yang sama ditemukan menempel pada sampah botol plastik, serta bagian kecil di pasir. Sumber asal benda asing ini ditelusuri. Tim menerbangkan drone untuk mencari pusat cemaran. Tapi tidak menemukan petunjuk apapun. Dwi memandang perlu penelusuran lebih lanjut, mengingat jalur perairan yang cukup sibuk. “Bisa saja ada kapal pengangkut cairan aspal yang materialnya tumpah,” katanya.

Ini bukan kasus pertama kematian penyu. Februari hingga Maret 2018, telah ditemukan 10 bangkai penyu. Tiga diantaranya telah dilakukan nekropsi. Dua individu didapati bukti fisik serupa. Benda asing seperti aspal bersarang di pencernaannya.

Satu individu, ditemukan dalam kondisi hidup. “Kondisinya malnutrisi,” ungkap Dwi. Sembilan hari perawatan, penyu tersebut tak dapat bertahan. Banyak mikro plastik di lambungnya. Penyu itu mati kelaparan.

Hasil nekropsi menunjukkan, dalam pencernaan penyu terdapat benda asing berwarna hitam seperti aspal. (BKSDA Kalimantan Barat)