Pasukan TRM berperan dalam pertempuran Ambarawa yang menjadi sebuah kemenangan besar pada awal periode Revolusi Indonesia. Sewaktu pertempuran Ambarwa terjadi, pasukan TRM tergabung dalam kesatuan penyeranagan dimana mereka mengikuti strategi ‘Supit Urang’ yang dikomando oleh Kolonel Sudriman.
Disisi lain TRM memiliki strategi yang benar-benar unik dan berbeda dari pasukan griliya lainya. TRM membentuk pasukan-pasukan kecil untuk melakukan penyeranagan terhadap lawan. Strategi ini biasanya juga digunakan untuk melakuakan sebuah pengintaian dan penyusupan di derah-daerah musuh.
Perjuangan TRM tidak hanya berhenti ketika berhasil meraih kemenangan di Ambarawa. Di bawah pimpinan bung Tardjo, TRM kembali melakukan perlawanan pada pasukan Sekutu di Ungaran hingga Srondol.
Pasukan TRM dalam melawan sekutu benar-benar menunjukan sebuah perjuangan yang pantang menyerah dan berani, bahakan tidak sedikit dari pasukan TRM yang gugur akibat meriam-meriam yang ditembakan oleh Sekutu.
Perjuangan TRM dalam front Ambarwa mendapat perhatian dan pengakuan hebat dari para pemimpin pasukan Divisi IX Yogyakarta. Kegigihan mereka membuahkan hasil bergabungnya TRM kedalam pasukan Tentara Republik Indonesia menjadi Batlyon XXII Istimewa Resimen II Divisi IX.
Baca Juga: Awal Mula Pemberontakan Buruh Tambang Batu Bara Sawahlunto 1927