Bukti menunjukkan, meskipun faktor-faktor tersebut mengarah pada beberapa asosiasi dengan kondisi ini, namun hal tersebut tak dapat menjelaskan sepenuhnya tentang gejala misophonia.
Dengan kata lain, ini menunjukkan misophonia adalah kondisi yang terpisah dan independen dalam diri manusia. Cukup mengabaikan suara-suara yang mengganggu tidak mungkin mengakibatkan misophonia.
Tampaknya, memperhatikan suara tertentu dapat memperburuk kondisi orang yang menderita kelainan ini, terutama suara yang memicunya.
Jadi, setiap kali seseorang dekat dengan suara yang dianggap buruk, dan perhatian mereka terpaku pada hal itu, satu-satunya pilihan adalah melawan atau melarikan diri.
Sebuah riset tentang penderita misophonia menemukan, 29 persen penderita menjadi agresif secara verbal ketika mendengar suara pemicu mereka.
Sementara itu, sebesar 17 persen lebih mengarahkan agresi mereka terhadap objek. Dan, sebesar 14 persen melaporkan, mereka secara fisik agresif terhadap orang lain ketika mendengar suara pemicu.
Umumnya, para penderita misophonia merasakan efek negatif dari hal itu pada kehidupan mereka, sehingga mereka sering menghindari situasi sosial, hingga merusak hubungan. Celakanya lagi, beberapa penderita berpikir bahwa kelainan ini telah mengambil kehidupan mereka.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber..