Sekitar 1500 tahun lalu, penyusup tak dikenal menyerbu desa Sandby borg yang kecil nan sejahtera, di Pulau Oland. Mereka lalu membunuh para penduduk dan meninggalkan tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa tersebut di sana.
Kini, para arkeolog di Swedia, menemukan titik terang pada misteri yang mengerikan itu. Dari sekitar 7% lokasi yang digali, tim peneliti – yang dipimpin oleh arkeolog Clara Alfsdotter, Ludvig Papmehl-Dufay dan Helena Victor – menemukan kerangka dari 26 korban.
Meskipun saat ini lokasi tersebut hanya berupa hamparan rumput oval yang dikelilingi dengan batu, namun ia pernah menjadi pemukiman yang berkembang pesat.
(Baca juga: Di Papua Nugini, Belati dari Tulang Paha Manusia Dianggap Sebagai Senjata Berharga)
Desa Sandy borg yang terletak tidak jauh dari bibir pantai, memiliki 50 rumah melingkar yang dibatasi oleh dinding setinggi empat hingga lima meter. Sekitar 200-250 orang pernah tinggal di sana.
Pada masa itu, Periode Migrasi Eropa sedang berlangsung. Itu merupakan salah satu masa yang tidak stabil dan penuh gejolak. Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang membunuh para penduduk desa.
Tim arkeolog hanya menggali tiga dari lima rumah – tapi, apa yang mereka temukan sangat mengharukan. Kerangka tubuh menunjukkan tanda-tanda trauma dari benda tumpul. Posisinya yang terlentang menunjukkan bahwa ia mati mendadak dan tidak sadar sebelum benar-benar mati.
Kerangka seorang anak berusia lima tahun dan bayi beberapa bulan juga ditemukan. Sebagian tulang mereka hangus – kemungkinan mereka jatuh ke dalam api yang sedang berkobar atau sengaja dibakar.
Sebuah kerangka remaja berusia sekitar 14 tahun ditemukan dengan kakinya yang terletak di atas tengkorak lain. Ini menunjukkan bahwa ia tersandung tubuh orang lain, jatuh, dan tidak pernah bangun lagi.
Beberapa tubuh juga ditemukan di jalanan, bersama dengan kerangka anjing dan hewan ternak lain. Kemungkinan mereka mati kelaparan atau ikut diserang saat pembantaian.
Di dalam sebuah rumah, ditemukan kerangka sembilan manusia.
Para arkeolog yakin, semua kerangka yang ditemukan di Sandy borg memang korban pembantaian. Sebab, secara historis, para warga Sandy borg selalu mengkremasi kematian mereka.
Yang lebih mengherankan: di situs tersebut juga ditemukan banyak harta karun. Koin emas, manik-manik kaca, bros, cincin dan liontin perak berkualitas tinggi, tersebar di sana. Semuanya ada, kecuali senjata.
Arkeolog menduga, siapa pun yang menyerang Sandy borg, tidak bermaksud menjarah harta – kecuali senjata, yang mungkin diambil sebagai trofi atau tanda penghormatan kepada dewa.
(Baca juga: Kisah Tragis Burung Dodo yang Sudah Punah)
“Cedera akibat pertempuran -- seperti patah tulang atau luka di wajah yang biasanya dihasilkan saat menghadapi lawan – sejauh ini belum bisa diidentifikasi,” tulis para arkeolog dalam penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Antiquity.
“Di sisi lain, pola kerangka yang ditemukan memberikan kesimpulan bahwa para pelaku penyerangan terdiri dari banyak orang. Mereka menyerang secara bersamaan di beberapa rumah sehingga korba tidak memiliki kesempatan untuk membela diri,” tambahnya.
Meskipun pulau itu dihuni sekitar 15 desa lainnya, namun tidak ada yang pernah mengunjungi Sandy borg untuk menjarah rumah atau mengurus jenazah setelah peristiwa pembantaian. Tubuh korban tetap berada di tempatnya. Desa ditinggalkan sampai atap-atap rumahnya runtuh dan lokasi pembantaian terkubur seiring berjalannya waktu.