Studi: Oksigen Bisa Jadi Dapat Memengaruhi Aktivitas Geologis Planet

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 29 Januari 2022 | 13:00 WIB
Ilustrasi planet ekstrasurya berbatu Proxima Centauri b. Planet berbatu jika memiliki oksigen, kemungkinan besar memiliki aktivitas geologis yang menarik untuk diperhatikan. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id - Oksigen adalah indikator para ilmuwan untuk menyelidiki adanya kehidupan di planet lain. Unsur ini bisa ditemukan di berbagai tempat di planet lain, mulai dari udara, kerak, atau inti dan mantelnya.

Meski demikian, ilmuwan lain berpendapat berbeda. Banyak planet yang memiliki oksigen diperkirakan muncul karena adanya aktivitas makhluk hidup sekecil apa pun di dalamnya. Namun penelitian lain yang pernah dikabarkan National Geographic Indonesia menganggap elemen ini bisa terbentuk tanpa ada aktivitas makhluk hidup.

Temuan lainnya meninjau oksigen sebagai penentu lain, seperti yang dipublikasikan oleh para peneliti di jurnal Proceeding National Academy of Science pada November 2021. Mereka memperkirakan bahwa planet berbatu, termasuk ekstrasurya, yang kaya oksigen dapat menciptakan aktivitas geologi.

Baca Juga: Kepunahan Massal 445 Juta Tahun Silam, Seperti Apa Lingkungannya?

Lewat eksperimen yang dipimpin Yanhao Lin dari Center for High Pressure Science and Technology Advanced Research, Tiongkok, batuan yang terpapar dengan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi bisa meleleh pada suhu yang lebih rendah dibandingkan batuan yang terpapar dengan jumlah yang rendah.

Bagian dalam planet yang lengket dianggap memiliki efek mendalam pada planet berbatu, tulis para peneliti. Batuan cair jauh di dalam planet adalah magma yang dapat menggerakan aktivitas di permukaan seperti yang dimiliki Bumi. Pakar geologi biasanya memahami volatil seperti uap air dan karbon dioksida yang keluar selama letusan gunung berapi, dapat keluar dari cairan magmatik dan membentuk atmosfer yang menyokong kehidupan.

Melansir Science News, Lin menyampaikan dampak oksigen pada pelelehan batuan selama ini diabaikan kebanyakan peneliti. Padahal oksigen adalah salah satu elemen yang paling melimpah di Bumi dan beberapa ekstrasurya yang berberbatu. Ia berpendapat, para ilmuwan selama ini mengabaikannya karena oksigen adalah elemen yang terlalu umum untuk memainkan peran pada sebuah planet.

Baca Juga: Pertama Kalinya, Medan Magnet di Sekitar Planet Ekstrasurya Terdeteksi

Sebelumnya, ahli ilmu tanah di Southern Cross University John Grant di The Conversation memperkirakan adanya oksigen di Bulan yang menyokong kehidupan miliaran orang. Akan tetapi oksigen itu berada di bawah bulan dan bukan berbentuk gas.

Lin bersama Wim van Westrenen dari fakultas sains di Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda, melanjutkan lebih dalam dugaan mereka di National Science Review, Minggu (16/01/2022) kemarin.

Mereka mengukur suhu leleh batu basal sintetis yang bebas besi di bawah batu. Batuan yang diamati ini berasal dari dua lingkunan berbeda yakni, di bawah kondisi kekurangan oksigen, dan terkena udara yang kaya oksigen. Tujuannya, agar bisa menangkap efek oksigen pada pencairan dan mengesampingkan efek besi yang diketahui juga menjadi penyebab pelelehan batu.

Mereka mendapati, ketika batuan cair mendingin hingga kurang dari 1.000 derajat Celsius, mineral di basal beroksigen masih meleleh. Namun, lelehan itu berlangsung lebih lama daripada sampel yang kekurangan oksigen. Sementara, batuan yang jadi sampel dengan oksigenasi tinggi jadi padat pada suhu 100 derajat Celsius lebih rendah dari lainnya.