Baca Juga: Saking Dalamnya, Gempa Terdalam yang Terdeteksi Ini Kejutkan Ilmuwan
Dia berpendapat, oksigen "dapat memecah" rantai panjang atom silikon dan oksigen di batuan padat, membuat mereka untuk membentuk fragmen-fragmen yang lebih kecil. Fragmen ini "lebih gesit dan dapat mengalir lebih mudah" dibandingkan dengan kelompok sampel "yang lebih panjang dan kusut".
Lin dan tim mengibaratkan garam yang menurunkan suhu leleh es terkait temuan ini, yakni oksigen ternyata membantu batu batu lebih mudah meleleh.
Pada konteks planet ekstrasurya muda yang berbatu, tingkat oksidasi dapat menentukan bagian dalamnya dan mengendap menjadi lapisan bawah tanah. Saluran ke dalam yang teroksidasi dan unsurnya lebih rentan meleleh pada suhu yang lebih rendah dan dapat menyebabkan "inti padatnya mengecil, menebalkan mantel lumpur, dan cangkang berkerak yang lebih sedikit logam," tulis mereka.
Meski demikian, penelitian pemodelan eksperimen ini masih berdasarkan dampak oksigen pada suhu leleh batuan tanpa mempertimbangkan faktor lain seperti konsentrasi besi dan tekanan tinggi. Mengingat, faktor lain ini merupakan bagian dari banyak interior planet ekstrasurya di dunia nyata.
Baca Juga: Astronom Mengukur Jumlah Karbon dan Oksigen di Atmosfer Jupiter Panas