Pentingnya Lingkungan Terhadap Kesehatan Fisik dan Psikologi Lansia

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 29 Januari 2022 | 14:00 WIB
Ilsutrasi Lansia dan Pendamping (nationalhealthexecutive)

Nationalgepgraphic.co.id - Menjadi tua sudah barang tentu akan dialami oleh seluruh umat manusia. Saat menginjak tua, manusia akan cenderung mengalami penurunan kesehatan tubuhnya. Hal-hal penting yang perlu dilakukan untuk menjaga kebugaran lansia adalah dengan memperhatikan pola makan teratur dan mengonsumsi makanan bergizi tinggi.

Namun, apakah anda tahu bahwa lingkungan juga menjadi faktor penting pada kesehatan psikologi lansia? Bahkan hal ini berpengaruh terhadap perilaku makanan dan status gizi lansia.

Studi yang dilakukan oleh Gyonnesvea Yoskias Wirahana, Gelora Mangalik, dan Yulius Yusak Ranimpi dalam Jurnal Ecopsy menemukan bahwa kondisi psikologi lansia dapat memengaruhi pemilihan makanan dan kecukupan gizi. Peneliti merupakan civitas akademika dari Universitas Kristen Satya Wacana.

Mereka melakukan pengambilan sampel terhadap 25 responden yang memiliki rentang usia 65 hingga 75 tahun. Mereka hendak melakukan pembuktian apakah ada hubungan kondisi psikologi terhadap perilaku makan dan status gizi pada lansia.

Melalui penghitungan kuantitatif yang dilakukan, peneliti mengatakan, “Kondisi Psikologis responden tidak mempengaruhi status gizinya. Namun, kondisi tersebut mempengaruhi pemilihan makanan, dan juga pemenuhan kecukupan gizi”.

Baca Juga: Perubahan Iklim: Permasalahan yang Memicu Krisis Kesehatan Masyarakat 

Peneliti menemukan bahwa faktor psikologi seperti depresi atau kecemasan dapat memengaruhi dalam pemilihan makanan dan status gizi lansia.

Pada prinsipnya pemenuhan zat gizi pada lansia sama halnya seperti yang dilakukan oleh orang-orang usia muda. Yang membedakan adalah total dan komposisinya seiring penurunan fungsi fisiologis atau biologis.

Sayangnya saat berada di lapangan peneliti menemukan banyak lansia yang mengonsumsi makanan seadanya. Mereka cenderung mengonsumsi makanan yang mudah dijangkau tanpa memperhatikan kandungan yang ada di dalamnya. Bahkan beberapa responden mengaku bahwa mereka hanya makan satu kali dalam sehari.

Peneliti melihat pemilihan pola makanan lansia sangat tergantung dengan siapa mereka tinggal. Responden yang tinggal sendiri atau hanya dengan pasangan memiliki perbedaan dengan responden yang tinggal bersama keluarganya.

Pengaruh Keluarga Terhadap Psikologi Lansia

Melalui penemuan terdahulu Stuart & Sundeen, para peneliti mengemukakan bahwa dukungan keluarga atau orang terdekat merupakan unsur terpenting dalam membantu individu saat menyelesaikan masalah. Rasa percaya diri dan motivasi menghadapi suatu masalah meningkat apabila dukungan dari keluarga menyertai para lansia.

Hal ini dibuktikan oleh para responden yang tinggal sendiri atau hanya bersama pasangannya mengaku dirinya merasa ‘hampa’ dalam melalui hari-harinya. Saat mereka merasa sedih, mereka tidak bisa membagi perasaannya atau hanya sekadar bercerita.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Lansia Selama Pandemi COVID-19, Jepang Manfaatkan Youtube

“Saat sakit, mereka mengaku tidak bersemangat untuk pergi ke dokter atau hanya sekedar mengkonsumsi obat warung. Akan tetapi saat anak mereka menghubungi dan menanyakan kabar mereka, responden mengaku merasa lebih sehat,” kata Gyonnesvea selaku ketua penelitian.

Berbeda halnya dengan respon responden yang tinggal bersama keluarganya. Mereka mengaku bahwa hidupnya lebih stabil, baik secara kesehatan fisik maupun kesehatan psikologi. Mereka merasa dirinya lebih didukung, lebih bersemangat, dan merasa ada yang memperhatikan.

Perhatian yang diberikan oleh sanak keluarga membuat mereka merasa hidupnya lebih ‘nyala’ dan terhindarkan dari kondisi depresi. Hal ini senada dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ramlah, bahwa dukungan yang paling penting dibutuhkan oleh lansia adalah dukungan emosional, sehingga mereka merasa dibutuhkan dan tidak merasa diabaikan oleh keluarga.

Peneliti juga menemukan bahwa lansia wanita lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental terutama bagi mereka yang tinggal sendiri atau tidak bersama keluarganya. Dari lansia berjenis kelamin pria dan wanita, responden wanita lebih banyak yang mengalami depresi. 

Hal ini bisa saja disebabkan oleh fase premenopause, sebab dalam fase tersebut produksi hormon estrogen menurun. Hal ini menyebabkan perubahan fisik terjadi pada wanita. Dampaknya lansia wanita akan khawatir karena mereka tidak nyaman dengan perubahan dalam tubuhnya, dirinya juga berpikir bahwa akan terlihat tidak menarik.

Melalui penelitian ini kita dapat memahami bahwa perhatian keluarga sangat penting dalam kesehatan lansia. Bahkan sekedar menanyakan kabar mampu menolong lansia dalam kegundahan.