Perkecuan di Klaten Akibat Krisis Petani Perkebunan Belanda Sejak 1875

By Galih Pranata, Selasa, 25 Januari 2022 | 16:00 WIB
Potret polisi Hindia-Belanda yang telah berhasil menangkap seorang kecu di Jawa sekitar tahun 1870. (KITLV)

"Ketidakpuasan kalangan Bumiputera adalah melakukan tindakan kriminalitas seperti perbanditan dan perkecuan," tambahnya.

Kecu merupakan tindakan premanisme, di mana tindakannya cenderung memaksa, menyiksa, hingga membunuh korbannya.

Baca Juga: Zaman Hindia Belanda, Pabrik Gula Dorong Kemajuan Infrastruktur Klaten

Tindakan ini sudah marak di Klaten dan wilayah Surakarta lainnya sehaj abad ke-19. Target perkecuan umumnya mengarah pada orang-orang kaya seperti penguasa lokal perkebunan, hingga bekel.

Laporan pada tahun 1872, menyebutkan bahwa terjadi sebanyak 24 kali aksi pencurian oleh kawanan kecu di seluruh Karesidenan Surakarta, salah satunya pernah terjadi di Klaten.

Sempat viral di tahun 1875, tepatnya sekitar 9 - 10 Januari 1975, rumah mewah milik seorang bekel, Sumowedono, di desa Onggopatran, Klaten, ludes dicuri oleh kawanan kecu.

Berita pencurian itu sampai ke pihak berwajib, dan kisahnya ramai diperbincangkan kala itu. Bermula dari kawanan kecu yang menemukan kunci pintu rumah Sumowedono yang disembunyikan di bawah tikar depan rumahnya.

Pabrik Gula Gondangwinangoen di Klaten sekitar tahun 1921. (KITLV)

Kehilangan dan kerugian yang dialami keluarga kaya raya itu mecapai  f.1.117,50. Penjaga rumahnya pun mengalami sejumlah cidera akibat penyerangan dari komplotan kecu.

Sejak peristiwa nahas itu, setiap desa di Klaten memberlakukan ronda malam di sepanjang tahun 1875. Polisi juga turut berpatroli untuk menjaga keamanan masyarakat Klaten.

Meski telah diantisipasi, sampai pada tahun 1923, perkecuan semakin meluas di Surakarta dan wilayah lainnya, seperti Boyolali hingga Wonogiri. Kecu ini yang kemudian menjadi ancaman bagi landhuurder (penyewa tanah).

Penurunan kecu terjadi seiring dengan munculnya peran serta Sarekat Islam (SI) di wilayah Surakarta, mewadahi sejumlah masyarakat pedesaan untuk terlibat dalam usaha dan perniagaan.