Selidik Makna Prasasti Plumpungan Berusia Lebih dari Seribu Tahun

By Ratu Haiu Dianee,Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 28 Januari 2022 | 07:00 WIB
Sebagian teks jawa kuno dalam prasasti Plumpungan. (Tri Wahyu Prasetyo/ National Geographic Indonesia)

Pendapat lain juga muncul dari Warin D (33), seorang pegiat Salatiga Heritage. Ia menduga bahwa penamaan Salatiga berasal dari tiga candi yang terletak tidak jauh dari Plumpungan. 

"Salah satu sumber asal nama Salatiga berasal dari tiga buah candi ini, di mana masyarakat ketika itu menyebutnya wilayah Salatiga dengan nama Selo Tigo (Selo: batu, Tigo: tiga), merujuk kepada kebiasaan masyarakat lokal kala itu yang juga biasa menyebut candi dengan kata 'selo' karena bangunan candi memang terbuat dari bahan batu," jelas Warin saat diwawancarai.

Warin menambahkan bahwa candi-candi tersebut pada 1746 dipergunakan oleh Belanda untuk membangun benteng. 

Beberapa temuan sisa bongkahan-bongkahan candi yang ditemukan di Kalitaman, saat ini disimpan di Museum Salatiga Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo. 

Meskipun tulisan dalam prasasti tersebut sudah pernah diterjemahkan 30 tahun lalu, perlu adanya pengkajian ulang terhadap prasasti Plumpungan. Penggunaan Ilmu pengetahuan atau teknologi baru diharapkan dapat memperkaya kajian atas prasasti tersebut.

Baca Juga: Riwayat Fungsi Bangunan Istana Djoen Eng di Salatiga 1921-1968