Naketi: Tradisi Pemaafan Ala Suku Dawan Dalam Menyelesaikan Masalah

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 26 Januari 2022 | 10:00 WIB
Masyarakat suku Dawan
Masyarakat suku Dawan (gln.kemdikbud.go.id)

“Semua yang hadir menangis saat mendengar ungkapan hati partisipan pada saat itu termasuk Mus,” kata peneliti saat mewawancarai Taupah.

Taupah mengakui, hubungan dengan anak asuhnya menjadi semakin baik setelah melakukan naketi dan berdamai. Komunikasi antara keduanya pun semakin lancar sekalipun berjauhan antara satu sama lain.

Meskipun demikian, peneliti menemukan perasaan sedih yang masih hinggap di hati Taupah. Perasaan itu bangkit ketika Taupah mengingat kembali peristiwa lalunya dengan Mus. Peneliti menjelaskan, setiap individu membutuhkan waktu dan proses tertentu hingga akhirnya benar-benar memaafkan orang yang menyakitinya. Hal ini diperkuat dengan teori yang diungkapkan oleh Smedes (1984), bahwa proses memaafkan adalah proses yang berjalan perlahan serta memerlukan waktu.

Dari tradisi naketi, kita dapat belajar bahwa memaafkan atau meminta maaf adalah hal penting yang harus dilakukan oleh manusia. Menghapus dendam kesumat dengan memaafkan dapat menciptkan prasaan damai pada seseorang.

Baca Juga: Meski Tampak Sederhana, Mengapa Kata 'Maaf' Sulit untuk Disampaikan?