National Geographic Indonesia Sebagai Acuan Sumber Belajar di Sekolah

By Galih Pranata, Minggu, 30 Januari 2022 | 11:00 WIB
Pembelajaran Sejarah di SMA Al Islam 1 Surakarta menggunakan pendekatan baru, website National Geographic sebagai sumber belajar tentang penulisan sejarah lokal. (Aliyah/National Geographic)

Tuntutan ini yang kemudian melatih cara berpikir siswa ke arah yang lebih maju, di mana mereka dihadapkan pada kemampuan berpikir secara kompleks untuk dapat memahami, mengaplikasikan, dan menuangkannya kembali ke dalam bentuk tulisan.

Pembelajaran sejarah telah dihadapkan pada paradigma baru, tidak hanya mengajarkan siswa berpikir kritis, tetapi juga mengajak siswa untuk mengaplikasikan konsep historiografi melalui karya tulisnya.

Baca Juga: Sekelumit Sejarah Kapadokia dan Pariwisata Balon Udara yang Populer

Benar saja, saat pembelajaran dimulai, Ibu Aliyah telah mempersiapkan siswanya untuk membuka laman National Geographic Indonesia, sebagai acuan dan stimulus untuk dapat menulis sejarah.

"Saya lihat, National Geographic banyak mengangkat tentang kajian sejarah, maka dari itu, saya ingin anak-anak (siswa) bisa menulis sebagaimana cara menulis sejarah di sana (National Geographic)," lanjut Ibu Aliyah.

Potret SMA Al Islam 1 Surakarta sebagai salah satu pionir Sekolah Penggerak. (Heri Dwi Hartanto/Masmoe/National Geographic)

Salah satu artikel yang dikupas tuntas sistematika penulisannya berjudul "Masjid Syarif, Perdikan Keraton dalam Dakwah Kiai Syarif di Kartasura", yang dipublikasi oleh National Geographic Indonesia pada 19 Januari 2022.

Berbeda seperti sebelumnya, Ibu Aliyah menyadari antusiasme siswa saat menghadirkan pendekatan baru dalam pembelajaran sejarah, sehingga terkesan tidak monoton. Seisi kelas hening, memperhatikan dengan serius saat penulis mulai membagi pengalamannya.

Siswa memahami empat pilar penting dalam merumuskan penulisan sejarah lokal, mulai dari penelusuran artefak (sejarah), narasumber sebagai sumber folklore, manuskrip lokal, dan dokumentasi berupa foto atau gambar, sebagai penguat marwah dalam penulisan sejarah.

Selepasnya, beberapa siswa maju, mengaplikasikan hasil risetnya tentang narasi sejarah lokal, seperti halnya 'Sejarah Univeristas Sebelas Maret Surakarta dan Dinamika Sosial di Sekitarnya'. Suatu feedback yang luar biasa untuk jenjang siswa di kelas X.

Melalui pendekatan paradigma baru, kelas-kelas di ruang sejarah tak seperti isu miring belakangan, yang berisi kejumudan dan kantuk di sepanjang pembelajaran.

Menghadirkan pendekatan baru melalui situs web National Georaphic Indonesia telah menjadi sumber belajar baru bagi siswa, sebagai stimulus, dan acuan dalam memberi pandangan siswa dalam menulis sejarah.

Baca Juga: Inilah Model Pendidikan yang Merdeka bagi Masyarakat Sedulur Sikep