Tahun Baru Imlek, Ajang Reuni Keluarga dan Migrasi Manusia Terbesar

By Sysilia Tanhati, Senin, 31 Januari 2022 | 15:00 WIB
Tahun Baru Imlek adalah waktu untuk reuni keluarga dan harapan baru. Tradisi ini dilakukan sejak abad ke-21 SM (Jason Leung/Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Festival Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi ini ditandai dengan reuni keluarga dan harapan untuk tahun yang lebih baik.

Dirayakan di seluruh dunia, festival ini menyebabkan migrasi manusia tahunan terbesar di planet ini. Dan meskipun dikenal sebagai Tahun Baru Imlek, perayaan ini tidak hanya dirayakan di Tiongkok. Tahun Baru Imlek secara tradisional merupakan waktu untuk reuni keluarga, makanan yang berlimpah, dan perayaan yang meriah. Tahun ini, Imlek jatuh pada tanggal 1 Februari.

Tiongkok modern umumnya menggunakan kalender Gregorian seperti kebanyakan negara lain di dunia. Namun, hari liburnya diatur oleh kalender lunisolar. Kalender ini telah digunakan sejak abad ke-21 SM. Ketika Republik Tiongkok mengadopsi kalender Gregorian pada tahun 1912, perayaan Tahun Baru Imlek diganti namanya menjadi Festival Musim Semi. Sebutan ini digunakan hingga sekarang.

Seperti namanya, tanggal tahun baru lunar tergantung pada fase bulan dan bervariasi dari tahun ke tahun. Saat ini, Festival Musim Semi dirayakan di Tiongkok dan Hong Kong. Perayaan yang sama juga dirayakan di Korea Selatan, Tibet, Vietnam, Singapura, Indonesia, dan Malaysia. Selain itu juga di tempat-tempat dengan populasi masyarakat Tionghoa yang besar. Meskipun festival ini berbeda di setiap negara, festival ini menjadi ajang reuni keluarga. Tahun baru juga berarti harapan baru.

Bagi orang Tionghoa, Festival Musim Semi berlangsung selama 40 hari dan memiliki beberapa sub-festival serta ritual. Tahun Baru itu sendiri adalah hari libur negara selama tujuh hari di Tiongkok. Pada malam tahun baru, setiap keluarga merayakan dengan berkumpul untuk makan malam spesial. Dianggap sebagai jamuan paling penting dalam setahun, acara kumpul bersama diadakan di rumah anggota keluarga paling senior.

Meski zaman sudah semakin modern, tetapi tradisi berusia ribuan tahun masih dipegang teguh di Tiongkok dan negara-negara lainnya. Di Tiongkok sendiri, petasan dinyalakan sebagai lambang untuk mengusir monster Nian yang menakutkan. Beberapa tahun terakhir, tradisi petasan mulai dilarang karena polusi udara. Industri kembang api dan petasan pun terkena imbasnya.

Perempuan-perempuan Tionghoa berkebaya encim dengan dandanan tempo dulu. Mereka tampil dalam salah satu rangkaian acara pameran dan diskusi buku Peranakan Tionghoa Indonesia di Kota Lama Semarang. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Warna merah sebagai lambang kemakmuran menjadi warna dominan dalam perayaan ini. Semua anggota keluarga biasanya mengenakan pakaian berwarna merah demikian juga dengan dekorasi rumah.  

Orang-orang akan saling memberi angpao, amplop merah yang diisi dengan sejumlah uang. Di Korea, keluarga membuat sup kue beras dan menghormati leluhur mereka selama Seollal. Dan selama Tet, Tahun Baru Imlek Vietnam, bunga memainkan peran penting dalam perayaan tersebut.

Tahun Baru Imlek juga menciptakan tradisi pulang ke kampung halaman. Selama chunyun atau migrasi musim semi, ratusan juta orang melakukan perjalanan ke kampung halaman mereka di Tiongkok. Ini dilakukan untuk reuni keluarga dan perayaan Tahun Baru.

Dalam beberapa tahun terakhir, miliaran pemudik melakukan perjalanan selama periode 40 hari. Dikenal sebagai migrasi manusia terbesar di dunia, chunyun menimbulkan kemacetan di jalan, kereta api, dan bandara.

Sayangnya, pandemi kembali melumpuhkan tradisi perayaan di tahun 2022. Di Tiongkok, pemerintah melarang perjalanan dengan memberlakukan pembatasan yang ketat. Pemberlakuan kebijakan pengujian dan karantina yang ketat sebagai bagian dari kebijakan nol-COVID juga diterapkan.

Namun dengan segala pembatasan, Tiongkok memperkirakan bahwa 1,18 miliar orang akan melakukan perjalanan selama Festival Musim Semi tahun ini. Meskipun jumlah tersebut kurang dari setengah jumlah tahun 2019, media nasional Tiongkok mencatat bahwa jumlah pemudik tersebut 36 persen lebih banyak daripada tahun lalu. Ini menjadi bukti pentingnya Tahun Baru Imlek bagi mereka yang mengaitkannya dengan keberuntungan dan cinta.

Baca Juga: Ko Ngian: Imlek di Bangka, Harapan Baru Buang Debu-Debu yang Kotor