Seperti Manusia, Gajah Bisa Kesepian yang Menyebabkan Gangguan Saraf

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 5 Februari 2022 | 12:00 WIB
Asha, gajah afrika betina di Natural Bridge Zoo, AS, hidup kesepian tanpa ada gajah lain di lingkungannya. (Barbara Baker/In Defense of Animal)

"Tidak tepat dalam bidang perawatan dan pengelolaan gajah penangkaran untuk memelihara hanya seekor gajah betina saja," terangya. Kurangnya pendamping untuk Asha dinilai "membuatnya menderita".

Baca Juga: Evolusi pada Gajah Afrika Bantu Kurangi Perburuan Gading Gajah

Jacobs juga mengatakan, hewan liar di penangkaran bisa mendapatkan tekanan dan mengubah otaknya, sehingga berdampak pada perilaku berulang. Tindakan berulang yang umumnya ditampilkan pada hewan sosial yang bosan di penangkaran jarang ditemukan di alam liar. Pada gajah contohnya adalah mondar-mandir, menggelengkan kepala, dan bergoyang secara berulang.

Sebuah studi tahun 2018 di Neuroscience & Biobehavioral Reviews mengungkapkan bahwa manusia dan hewan lain akan melakukan tindakan berulang adalah gangguan pada ganglia basal, bagian otak yang berperan mengontrol gerakan sukarela.

Jacobs berpendapat, jika kondisi berulang yang dilakukan Asha, bisa jadi disebabkan adanya terganggu pada ganglia basal sehingga tidak bisa menghentikan tindakan berulangnya. "Jika ada masalah perilaku atau masalah psikologis, terdapat masalah saraf yang mendasarinya," ujarnya.

Pada manusia, gangguan ini bisa menyebabkan penyakit Huntington dan Parkinson yang menyebabkan gerakan tak sadar dan tremor yang melemahkan, lanjut Jacobs.

Kebosanan dapat membuat hewan liar di penangkaran mengalami kerusakan otak seperti itu karena kurangnya stimulasi yang dapat membantu perkembangan. Ketika stimulasi minim berperan, jelas Jacobs, dendrit menyusut dan diameter kapiler berkurang membuat aliran darah ke otak berkurang.

Baca Juga: Kisah Tragis Big Mary, Gajah Sirkus Terkenal yang Dihukum Gantung

Stimulasi ini bisa bekerja optimal di alam liar oleh gajah ketika bertemu dengan gajah lain, terang Joyce Poole, peneliti di Gorongosa National Park di Mozambique dan National Geographic Explorer. Gajah selalu bergerak untuk mendengarkan, mengendus, dan bermain, yang perilakunya berbeda dengan yang dipenangkaran yang suka menyendiri "tidak terlalu semangat". Gajah dalam penangkaran tidak memiliki gajah lain untuk berinteraksi dan tidak punya ruang untuk menjelajah.

Gajah jantan dapat menghabiskan 10 hingga 14 tahun bersama induk mereka sebelum lepas siap kawin. Sementara betina tinggal bersama induk sepanjang hidupnya dalam kelompok sosial multigenerasi sebanyak 50 ekor.

"Tumbuh dalam lingkungan sosial, atau dalam keluarga, sangat penting untuk perkembangan mereka," terang Poole.

Association of Zoos and Aquariums (AZA) melaporkan setidaknya ada sembilan gajah hidup sendiri di Amerika Serikat saat ini. Presiden AZA Dan Ashe pada National Geographic mengatakan, idealnya gajah harus ditempatkan pada suatu kelompok pada penangkaran. Akan tetapi "terkadang hewan tidak ingin berada dalam kelompok."

Setidaknya ada beberapa undang-undang di AS untuk mencegah gajah kesepian, yakni mengharuskan kebin binatang dengan gajah betina haruslah "punya minimal tiga betina (atau ruang untuk memiliki tiga betina".