Nationalgeographic.co.id—Dalam mitologi Yunani, Ares adalah dewa perang dan kekerasan meski tidak sepopuler Mars, putra Yuno dan Jupiter.
Ia sangat bersemangat dalam pertempuran, namun di sisi lain, bukan merupakan contoh yang baik bagi pengikutnya. Maka tidak heran jika tidak banyak yang menyembah dewa yang satu ini.
Meski brutal, Ares adalah prajurit perkasa yang sangat dihormati Spartan.
Ares menyukai perang untuk kepentingannya sendiri. Ia menjadi lambang keributan dan kekacauan serta senang melihat pembantaian manusia dan penghancuran kota-kota. Nama Ares sendiri merupakan sumber kengerian bagi orang Yunani. Sisi keras Ares juga tercermin dalam hubungan buruk dengan orang tuanya, Zeus dan Hera.
Dewa perang Ares kembali ke Gunung Olympus setelah terluka parah di medan perang Troya. Setelah kedatangannya, Ares disambut dengan kasar oleh ayahnya Zeus, raja para dewa.
"Bagiku, kamu adalah dewa yang paling dibenci dari semua dewa yang memegang Olympus. Pertikaian, perang, dan pertempuran selalu menyenangkan hatimu," kata Zeus.
Bangsa Yunani, tidak seperti Romawi, bukanlah bangsa yang suka berperang. Sehingga Ares bukanlah salah satu dewa favorit yang mereka sembah. Karena dia tidak pernah menjadi dewa Olympian yang populer, penggambarannya tidak terlalu umum dalam seni Yunani. Termasuk mitos dan legenda, tidak banyak yang menceritakan tentang Ares secara detail.
Meskipun dibenci dan tidak dihormati oleh para dewa di Pantheon, Ares bisa menjaga hubungan baik dengan wanita. Bertolak belakang dengan kebrutalannya saat perang, Ares tidak pernah menipu dan memaksa wanita. Inilah yang membuatnya terkenal di kalangan para wanita, selain wajahnya yang rupawan.
Sayangnya, fitur yang lebih positif dari karakternya tidak pernah ditemukan dalam kepribadiannya.
Di Olympus, Ares menjadi saingan rahasia Hefaistos yang terampil, kekasih dari istri sahnya, Afrodit.
Hubungan asmara ini melahirkan 'sebagian' rasa malu. Ketika dewa bercinta dengan dewi, dia diamati oleh Helios ("Matahari") dalam agama Yunani. Helios mengendarai kereta setiap hari dari timur ke barat melintasi langit.
Helios melaporkan kejadian itu kepada suami Afrodit, Hefaistos. Ia pun menyiapkan jaring khusus yang sangat tipis namun kuat, yang dipasangnya di ranjang. Setelah itu, sang Dewa kembali pada saat yang tak terduga bagi kedua kekasih gelap ini. Ares dan Afrodit ditemukan terjerat dalam jaring.