Celana dan Sepatu Bot, Simbol Barbarisme di Zaman Romawi Kuno

By Sysilia Tanhati, Kamis, 3 Februari 2022 | 09:00 WIB
()

Rupanya, larangan celana panjang dan sepatu bot adalah upaya putus asa untuk menjaga identitas Romawi untuk tetap hidup. Selama periode waktu ini, kekaisaran telah menjadi wadah peleburan tradisi setelah ratusan tahun ekspansi dan perampasan budaya.

Tetapi ternyata bukan cuma celana dan sepatu bot. Rambut panjang dan perhiasan mencolok segera bergabung dengan kedua benda itu sebagai mode yang terlarang.

Bagi kaum pria, toga yang terbuat dari wol menjadi pakaian wajib. Ini merupakan sehelai kain sepanjang kira-kira enam meter. Kain ini dililitkan ke sekeliling tubuh dan umumnya dikenakan setelah mengenakan tunik.

Toga dianggap sebagai lambang kewarganegaraan, maka busana ini terlarang bagi orang asing. Bahkan bagi orang-orang Romawi yang diasingkan.

Aturan larangan penggunaan celana dan sepatu bot tidak bertahan selamanya. “Pada abad kelima dan keenam, apa disebut adat barbar, atasan berlengan, dan celana panjang menjadi seragam resmi istana Romawi. Jika Anda dekat dengan kaisar, itulah yang akan Anda kenakan,” ungkap Profesor Kelly Olson, penulis Masculinity and Dress in Roman Antiquity.

Bagaimana orang Romawi Kuno yang menentang dengan keras penggunaan celana bisa berubah pikiran? Saat itu tentara Romawi bergerak ke Eropa Utara yang dingin. Di sana mereka menyadari manfaat mengenakan pakaian dan sepatu hangat, seperti celana panjang dan sepatu bot. Rupanya pakaian yang selama ini dikenakan oleh bangsa Romawi tidak dapat melindungi mereka dari sengatan udara dingin.

Setelah itulah penggunaan celana dan sepatu bots mulai diizinkan.

Baca Juga: Hanya 1 dari 4 Kaisar Romawi Mati Karena Penyebab Alami, Mengapa Bisa?