Celana dan Sepatu Bot, Simbol Barbarisme di Zaman Romawi Kuno

By Sysilia Tanhati, Kamis, 3 Februari 2022 | 09:00 WIB
()

Nationalgeographic.co.id—Celana adalah pakaian luar yang lazim dikenakan di zaman sekarang ini. Namun jika Anda tinggal di Roma kuno, Anda akan berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk mengenakan celana.

Bagi orang Romawi kuno, celana panjang adalah simbol utama barbarisme. Tidak ada pria terhormat yang ingin dianggap barbar karena mengenakan celana. Bahkan ada undang-undang yang melarang keras memakai celana dan sepatu bot di Roma kuno.

Apa yang menyebabkan celana menjadi simbol barbarisme pada zaman itu?

Celana dan sepatu bot kerap diasosiasikan dengan orang barbar berkuda, termasuk kelompok Jermanik seperti Goth, Hun, atau Viking.

Istilah "orang barbar" saat ini sangat disalahgunakan. Di zaman modern ini kita sering mengatakan orang barbar adalah orang yang tidak beradab atau orang jahat.

Padahal arti asli dari kata "barbar" tidak merujuk pada tindakan jahat. Di zaman Romawi Kuno, istilah barbar merujuk kepada mereka yang bukan orang Yunani atau tidak berbicara bahasa Yunani.

Ovid, seorang penyair Romawi yang hidup pada masa pemerintahan Augustus, bertemu dengan orang-orang barbar di Tomis. Ia menulis: "Meski tidak membahayakan, orang-orang ini tampak menjijikkan. Mereka mengenakan kulit dan celana panjang dengan hanya wajah saja yang terlihat."

Larangan penggunaan sepatu bot dan celana bahkan diatur dalam undang-undang. Sebuah undang-undang dari tahun 397 dan 399 M secara ketat mengatur pemakaian celana dan sepatu bot di kota Roma.

Di dalam kota Roma, tidak seorang pun boleh memakai celana atau sepatu bot. Jika ada yang mengenakannya, dia akan dihukum sesuai dengan status hukumnya. Dan diusir dari kota suci Roma. (Codex Theodosianus, 14.10.3 [6 Juni 399 M])

Menurut Susanne Elm, seorang sejarawan dari Universitas California, “pengaruh barbar pada mode adalah sesuatu yang ingin dikendalikan oleh kaisar. Namun kemudian pengawal mereka sendiri, yang mungkin mereka percayai, adalah orang barbar.”

Baca Juga: Perjalanan Waktu: Bagaimana Rasanya Hidup di Zaman Romawi Kuno

Tetapi mengapa celana panjang dan sepatu dilarang di kota Roma?

Rupanya, larangan celana panjang dan sepatu bot adalah upaya putus asa untuk menjaga identitas Romawi untuk tetap hidup. Selama periode waktu ini, kekaisaran telah menjadi wadah peleburan tradisi setelah ratusan tahun ekspansi dan perampasan budaya.

Tetapi ternyata bukan cuma celana dan sepatu bot. Rambut panjang dan perhiasan mencolok segera bergabung dengan kedua benda itu sebagai mode yang terlarang.

Bagi kaum pria, toga yang terbuat dari wol menjadi pakaian wajib. Ini merupakan sehelai kain sepanjang kira-kira enam meter. Kain ini dililitkan ke sekeliling tubuh dan umumnya dikenakan setelah mengenakan tunik.

Toga dianggap sebagai lambang kewarganegaraan, maka busana ini terlarang bagi orang asing. Bahkan bagi orang-orang Romawi yang diasingkan.

Aturan larangan penggunaan celana dan sepatu bot tidak bertahan selamanya. “Pada abad kelima dan keenam, apa disebut adat barbar, atasan berlengan, dan celana panjang menjadi seragam resmi istana Romawi. Jika Anda dekat dengan kaisar, itulah yang akan Anda kenakan,” ungkap Profesor Kelly Olson, penulis Masculinity and Dress in Roman Antiquity.

Bagaimana orang Romawi Kuno yang menentang dengan keras penggunaan celana bisa berubah pikiran? Saat itu tentara Romawi bergerak ke Eropa Utara yang dingin. Di sana mereka menyadari manfaat mengenakan pakaian dan sepatu hangat, seperti celana panjang dan sepatu bot. Rupanya pakaian yang selama ini dikenakan oleh bangsa Romawi tidak dapat melindungi mereka dari sengatan udara dingin.

Setelah itulah penggunaan celana dan sepatu bots mulai diizinkan.

Baca Juga: Hanya 1 dari 4 Kaisar Romawi Mati Karena Penyebab Alami, Mengapa Bisa?