Pertempuran Cannae: Kegigihan Kartago di Tanah Republik Romawi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 8 Februari 2022 | 07:00 WIB
Ilustrasi karya Hans Burgkmair (1473-1531) menggambarkan bagaimana Pertempuran Cannae berlangsung antara Kartago dan Romawi. (via Jean Louis Mazieres/Flickr)

Nationalgeographic.co.id—Sebelum seluas di masa kejayaannya, teritori Romawi lebih kecil dari Italia modern. Kemaharajaan itu terdiri dari dari kumpulan negara-negara kota yang bersekutu untuk menghadapi musuh bersama, Kartago, dan menjadi republik.

Kartago sendiri adalah kerajaan yang pusatnya di Tunisia kini, dan saat itu punya pengaruh besar atas bagian selatan Spanyol dan kota-kota merdeka di Pulau Sisilia. Usai Perang Punik Pertama (264 SM - 241 SM), Kartago membenah diri setelah masalah internal yang telah membuat mereka kehilangan Sardinia dan Korsika ke tangan Romawi. 

Melihat Romawi makin kuat berkat sekutu-sekutu baru di Italia, jenderal Hannibal Barca dari Kartago hendak menghancurkan persekutuan itu. Ia membagi dua kekuatan, satu sisi mnegurusi perselisihan dengan Romawi di Italia dan yang lainnya mengadakan ekspedisi ke jantung Italia.

Jenderal dan negarawan Quintus Fabius Maximus punya ide agar pihak Romawi dapat melemahkan tentara Hannibal di pedesaan terbuka. Romawi dengan sistem pemilihan politik yang rapih, mengutus konsul Gaius Terentius Paullus dan Lucius Aemilius Varro pada 216 SM untuk memimpin operasi ini yang sebenarnya belum pernah memegang jabatan tinggi di bidang militer.

"Mereka sangat bertolak belakang," tulis Rupert Butler, sejarawan perang bersama tim penulis di buku Perang yang Mengubah Sejarah, Buku Pertama: dari Megiddo (1457 SM) hingga Bleinheim (1704). "Paullus lebih hati-hati, seorang yang memperhatikan anak buahnya, sementara Varro seorang yang kurang ajar dan terlalu percaya diri."

Sementara Hannibal punya masalahnya sendiri dengan ekspedisi panjangnya. Pasukannya mengambil banyak pasokan makanan di perdesaan sekitar sehingga yang tertinggal cuma cukup untuk 10 hari. Sedikitnya jarahan yang dilakukan bahkan membuat pasukan bayaran dilanda ketidakpuasan dan nyaris meninggalkan ekspedisi.

 Akibatnya, ketika posisi kedua pihak cukup dekat, mereka mengalami bentrokan pada kelompok yang melakukan pengintaian dan pencari makanan. Momen ini membuat Romawi mendapatkan kemenangan awal dengan tewasnya 1.700 prajurit Kartago tewas dan hanya 100 prajurit pada Romawi. Setelah itu Paullus menghentikan pengejaran orang-orang Kartago lainnya karena mencurigai ada jebakan.

Baca Juga: Para Arkeolog Menemukan Bukti Imperialisme Romawi Yang Gagal

"Memang itulah yang direncanakan Hannibal pada malam berikutnya," terang Butler dan tim. "Pasukannya menyelinap dari perkemahan mereka dengan bersenjata lengkap dan siap tempur, meninggalkan beberapa tenda, makanan, dan harta benda di belakangnya."

Di suatu lembah dekat Cannae, pasukan Kartago diinstruksikan untuk mendaki sebuah lembah agar terlihat mundur tergesa-gesa. Sebenarnya, pasukan ini perlahan-lahan bersembunyi di kedua sisi lembah dengan membagi dua kelompok antara infanteri dan kavaleri.

Kembali pada Paullus, dia sudah melihat 'pertanda' dan kabar dari dua prajuritnya yang berhasil kabur dari tawanan Kartago. Sementara Varro nyaris masuk perangkap itu karena tergesa-gesa bergerak.

Patung Hannibal yang memimpin pertempuran Punisia melawan Roma. (Zoonar GmbH/ Alamy Stock Photo)