Beruang Cokelat Bangun dari Hibernasi dan Membunuh 38 Anak Rusa Kutub

By Utomo Priyambodo, Senin, 7 Februari 2022 | 15:00 WIB
Ilustrasi: Beruang cokelat. (Gloria Samantha)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi baru melaporkan keganasan seekor beruang cokelat. Seekor beruang yang "sangat predator" ini terbangun dari hibernasi dan membunuh 38 anak rusa kutub dalam satu bulan dan kemudian membunuh 18 rusa muda lainnya pada bulan berikutnya.

Beruang betina berusia 13 tahun yang tidak disebutkan namanya ini adalah salah satu dari 15 beruang cokelat yang diteliti yang dilacak di Swedia utara. Pelacakan dilakukan untuk memahami bagaimana para beruang menggunakan lanskap mereka.

Para peneliti menemukan bahwa beruang-beruang ini mengubah habitat untuk menargetkan anak rusa dan rusa di musim semi. Ruang-ruang yang beruang-beruang ini tempati bervariasi tergantung pada berapa banyak anak rusa yang mereka buru. Beberapa beruang seperti beruang betina yang tidak disebutkan namanya itu, membunuh lebih banyak daripada beruang-beruang yang lain.

Mengapa beberapa beruang lebih predator? "Ini pasti kombinasi dari berbagai faktor," ujar Antonio Uzal Fernandez, dosen senior konservasi satwa liar di Nottingham Trent University di Inggris yang menjadi salah satu penulis makalah studi terbaru ini.

Menurut Fernandez, seperti dikutip dari Live Science, ini "seperti perilaku bawaan yang berkaitan dengan kepribadian (untuk misalnya, beberapa orang lebih agresif daripada yang lain)."

Para peneliti tidak mengatakan bahwa beruang-beruang yang "sangat predator" ini bakal menjadi ancaman bagi manusia.

Ilustrasi beruang cokelat. (Difa Restiasari)

Beruang cokelat (Ursus arctos) adalah beruang yang paling banyak tersebar di Bumi. Beruang-beruang ini dapat ditemukan di 45 negara di seluruh Amerika Utara, Eropa dan Asia, menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Makalah studi baru ini merupakan bagian dari proyek jangka panjang untuk mempelajari kehidupan beruang cokelat di Norwegia dan Swedia. Dalam studi baru ini, para peneliti melacak beruang-beruang itu dengan memasangkan hewan-hewan itu kalung GPS antara tahun 2010 dan 2012. Dari situlah, para peneliti kemudian mencatat pembunuhan yang dilakukan beruang-beruang tersebut.

Saat periode melahirkan para rusa kutub dimulai, para beruang cokelat di Swedia pindah ke dataran tinggi dan terjal yang disukai oleh rusa kutub muda, dan kemudian ke habitat yang digunakan oleh rusa-rusa beranak, seperti di dekat hutan gugur, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Nottingham Trent. University. Hal ini memungkinkan para beruang untuk berburu anak-anak rusa yang rentan.

Tim peneliti memetakan habitat-habitat berbeda yang digunakan beruang-beruang dan membandingkan tingkat pembunuhan masing-masing beruang tersebut. Beruang disebut "pemangsa tinggi" jika mereka membunuh lebih dari tingkat pembunuhan rata-rata di semua beruang - 0,4 pembunuhan per hari, dan "pemangsa rendah" jika mereka membunuh pada tingkat yang lebih rendah dari itu, menurut studi ini.

Tim peneliti menemukan beberapa perbedaan antara ke mana beruang predator tinggi dan beruang predator rendah pergi. Misalnya, beruang pemangsa tinggi menyukai daerah berhutan yang dihuni lebih banyak rusa daripada daerah terbuka yang dipilih beruang pemangsa rendah.

Baca Juga: Tanpa Konflik, Warga Slovenia Bisa Hidup Berdampingan dengan Beruang

Delapan dari 15 beruang dianggap sangat predator dan secara teratur membunuh lebih dari 20 anak rusa kutub dan 5 anak rusa dalam satu periode melahirkan, menurut pernyataan itu. Beruang tidak efektif berburu mangsa dewasa yang lebih besar sehingga mereka fokus pada berburu anak rusa hingga Juli, setelah periode melahirkan rusa berakhir dan beruang kemudian bergantung pada buah beri selama sisa tahun sampai memasuki kembali masa hibernasinya.

"Studi kami menunjukkan perbedaan antara perilaku predator individu-individu beruang itu dan bagaimana ini membantu menjelaskan variasi individu-individu tersebut dalam pemilihan habitat mereka," kata Fernandez.

"Perbedaan di antara individu-individu itu juga penting dari perspektif manajemen; misalnya, sekadar menghilangkan predator, tanpa menargetkan individu tertentu, belum tentu mengurangi konflik." Itu karena beberapa beruang lebih agresif dan lebih berani daripada beberapa beruang yang lain.

Di sisi lain, rusa kutub merupakan hewan semidomestikasi di Swedia dan digiring oleh penduduk asli Sámi. Setiap tahun, orang-orang di sana membunuh beruang sebagai respons atas serangan beruang terhadap rusa kutub mereka.

Temuan baru ini dapat membantu para peneliti mengembangkan perkiraan hotspot atau titik panas beruang-rusa kutub potensial untuk membantu mengurangi konflik ini, menurut studi tersebut. Pemetaan titik-titik panas ini dapat memberi tahu para pemilik ternak mengenai di mana para beruang paling mungkin menyerang selama musim melahirkan rusa kutub sehingga dapat para peternak untuk mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi kerugian, seperti meningkatkan kewaspadaan di daerah tersebut, saran para peneliti.

Baca Juga: Dihukum Atas Kesalahannya, Beruang Ini Dikurung di Penjara Manusia