Nationalgeographic.co.id—Raut planet kita tidak selalu sama sejak awal ia layak untuk dihidupi makhluk. Lempengan-lempengannya terus bergerak hingga hari ini dalam waktu yang sangat lambat, serta tak jarang juga terjadi patahan dan tumbukkan benua.
Patahan membuat pulau atau benua jadi terpisah dari induknya, sedangkan tumbukkan menghasilkan benua besar dan di area tumbukkan itu menjadi pegunungan yang menjulang. Misalnya, India pada masa purba bergabung dengan Afrika yang lambat laun berpisah dan akhirnya mendekati Eurasia dan menabraknya hingga menciptakan pegunungan Himalaya. Everest adalah gunung tertinggi di dunia yang muncul akibat aktivitas geologis ini.
Setidaknya, para ilmuwan mengetahui ada dua kali dalam sejarah planet kita memiliki jajaran gunung kuno yang menjulang setinggi Himalaya dan membentang hingga 8.000 kilometer di seluruh super benua. Para geolog menyebutnya sebagai "gunung-gunung super" dan memainkan peran penting dalam evolusi kehidupan awal bumi.
Baca Juga: Ledakan Gunung Berapi di Tonga, Berdampak Luas Pada Kehidupan Bumi
"Tidak ada yang seperti dua gunung super ini saat ini," ujar Ziyi Zhu, seorang mahasiswa pascadoktoral di the Australian National University yang menulis makalah terbarunya bersama tim tentang penjelasan pegunungan super di masa lalu.
"Bukan hanya ketinggiannya—jika Anda bisa membayangkan Himalaya sepanjang 1.500 mil (2.414 kilometer) tiga atau empat kali dipanjangkan, Anda mendapatkan gambaran terkait skalanya," lanjutnya dalam rilis.
Makalah mereka diterbitkan di jurnal Earth and Planetary Science Letters edisi 15 Februari. Makalah itu berjudul "The temporal distribution of Earth's supermountains and their potential link to the rise of atmospheric oxygen and biological evolution".
"Kami menyebut contoh pertama Gunung Super Nuna. Itu bertepatan dengan kemungkinan eukariota, organisme yang kemudian memunculkan tumbuhan dan hewan," jelasnya.
Nama gunung itu diambil dari nama benua super Nuna atau Columbia yang pernah ada sekitar 1,8 sampai 1,5 miliar tahun silam, atau era Paleoproterozoikum. Benua super ini berbeda dengan benua super Pangea yang terbentuk 300 juta tahun lalu antara era Paleozoikum dan Mesozoikum.
Baca Juga: Misteri Letusan Gunung Berapi Tonga yang Berusaha Dipecahkan Ilmuwan
"Yang kedua, yang dikenal sebagai Gunung Super Transgondwana, bertepatan dengan kemunculan hewan besar pertama 575 juta tahun lalu dan ledakan Kambrium 45 juta tahun kemudian, ketika sebagian besar kelompok hewan muncul dalam catatan fosil," lanjut Zhu.
Para peneliti percaya bahwa ketika gunung ini terkikis seiring berubahnya lempengan, sejumlah besar nutrisi terbuang ke laut seperti fosfor dan besi. Nutrisi ini mempercepat produksi energi dan mendorong evolusi secara besar-besaran, tulis mereka.
Temuan ini didapatkan dari pengumpulan sejarah pegunungan bumi dan mempelajari mineral yang ditinggalkan oleh puncak-puncaknya. Mineral itu seperti kristal zirkon yang terbentuk di bawah tekanan tinggi jauh di bawah pegunungan yang berat, dan dapat bertahan lama walau gunung induknya lenyap. Setiap butir zirkon inilah yang mengungkap kapan kerak bumi dan mineralnya terbentuk.
"Yang menakjubkan adalah seluruh catatan pembentukan gunung lewat waktu yang sangat jelas. Ini menunjukkan dua tonjolan tajam besar ini: satu terkait dengan munculnya hewan dan yang lainnya dengan munculnya sel-sel besar yang kompleks," terang Jochen Brocks, rekan peneliti dan profesor di Research School of Earth Sciences, Australian National University.
Baca Juga: Gawat, Gletser Himalaya Mencair Jauh Lebih Cepat daripada yang Lain
Gunung-gunung super ini mungkin juga membantu dalam peningkatan kadar oksigen di atmosfer yang membuat planet ini di masa purbanya bisa menopang kehidupan kompleks untuk bernapas. "Atmosfer Bumi awal hampir tidak mengandung oksigen," terang Zhu. "Tingkat oksigen atmosfer diperkirakan telah meningkat dalam serangkaian langkah, dua di antaranya bertepatan dengan kemunculan gunung-gunung super."
"Peningkatan oksigen atmosfer yang terkait dengan erosi Gunung Super Transgondwana adalah yang terbesar dalam sejarah bumi dan merupakan prasyarat penting bagi munculnya hewan-hewan," lanjutnya. Akan tetapi belum ada bukti hubungan kedua peristiwa ini yang membuat dugaan ini jadi signifikan disimpulkan.
"Studi ini memberi kita penanda, sehingga kita dapat lebih memahami evolusi kehidupan awal yang kompleks," kata Ian Campbell, rekan penulis dari institut yang sama. "Interval waktu antara 1.800 dan 800 juta tahun yang lalu dikenal sebagai miliaran tahun membosankan karena ada sedikit atau tidak ada kemajuan dalam evolusi."
"Perlambatan evolusi dikaitkan dengan tidak adanya dua gunung super selama periode itu, mengurangi pasokan nutrisi ke lautan."
Baca Juga: Inti Tanager, Spesies Baru Burung Warna Warni dari Pegunungan Andes