Apa yang Membuat Charlie Chaplin Terpikat Bentang Alam Budaya Garut?

By Galih Pranata, Selasa, 8 Februari 2022 | 10:00 WIB
Potret Charlie Chaplin setibanya di stasiun di Garut. (Archief Ernst Drissen/Hertogenbosch)

Thilly Weissenborn telah memasang foto Situ Cangkuang ke dalam kartu pos yang beredar luas di Eropa, menarik banyak perhatian wisatawan dari berbagai penjuru Eropa, bahkan dunia untuk datang ke Garut, melihat eksotisnya Situ Cangkuang itu.

Menariknya, di sekitar situ juga terdapat adanya Rumah Adat Pulo dan Candi Cangkuang yang menambah rasa penasaran dalam melihat peninggalan budaya kuno di kawasan Garut yang eksis selama ratusan tahun yang lalu.

Candi Cangkuang juga merupakan salah satu candi bercorak Hindu yang ditemukan di Jawa Barat.

Setelah melalui dua destinasi situ yang menyenangkan, Charlie Chaplin juga mengunjungi Gunung Papandayan. Gunung merapi aktif di Garut ini memiliki tinggi sekitar 2.665 mdpl.

Situ Bagendit di antara penduduk lokal tahun 1930-an. (Naratasgaroet/SW Saputra)

Diketahui, ketertarikan Chaplin dengan Papandayan terjadi kala ia kerap melihat panorama indahnya dari Grand Hotel Ngamplang, tempat ia menginap.

Di tempat ia menginap, sajian lanskap alam Garut telah menunjukan sisi magisnya, menggerakkan langkah sang superstar, Chaplin untuk menjajaki setiap jengkal eksotisnya destinasi alam yang ditawarkan oleh Garut kepadanya. Karena keindahannya, Charlie Chaplin menjuluki Garut sebagai Swiss van Java.