Apa yang Membuat Charlie Chaplin Terpikat Bentang Alam Budaya Garut?

By Galih Pranata, Selasa, 8 Februari 2022 | 10:00 WIB
Potret Charlie Chaplin setibanya di stasiun di Garut. (Archief Ernst Drissen/Hertogenbosch)

Nationalgeographic.co.id—Stasiun Cibatu dan Grand Hotel Ngamplang di Garut, menjadi saksi persinggahan aktor film paling sohor di dunia pada zamannya: Charlie Chaplin.

Chaplin menuntaskan ekspedisi liburannya di Garut. Ia melakukan perjalanannya bersama kakaknya, Sydney Chaplin beserta krunya. Mereka melakukan perjalanan ke Garut pada 30 Maret 1932 dengan menggunakan kereta api dari Bandung. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke Stasiun Cibatu berkisar 75 km dengan lama perjalanan 190 menit.

Tak disangsikan lagi, Garut punya banyak destinasi menawan. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda telah menarik para wisatawan Eropa untuk mampir dan berwisata di sana.

Sejak diresmikan pada 1888, Stasiun Cibatu telah sibuk sebagai persinggahan para wisatawan mancanegara yang penasaran dengan destinasi wisata di Garut.

Setibanya Chaplin di Cibatu, ia melanjutkan perjalanannya ke Grand Hotel Ngamplang dengan sebuah mobil. Jarak yang ditempuhnya menuju hotel tempat ia menginap berkisar 30,8 km, ditempuh sekitar 40 menit.

Meski jarang sekali akses untuk bisa menikmati tontonan film bisu di Hindia-Belanda, kebesaran namanya tetap bisa diketahui oleh para penduduk pejabat hingga penduduk lokal bumiputera di Garut.

"Saat menampakkan batang hidungnya di Garut, Chaplin segera dikerumuni oleh orang-orang yang meminta berfoto dengannya," tulis Saeful Wanda Saputra.

Ia menulis dalam skripsinya berjudul Perancangan Informasi Kunjungan Wisata Tokoh Charlie Chaplin Di Garut Melalui Media Buku Cerita Bergambar. Skripsinya dipublikasi pada 2019.

Destinasi wisata pertama yang Chaplin kunjungin ialah Situ Bagendit. Pemerintah kolonial telah merancang sebuah destinasi yang menjual keindahan alamnya, membuat Charlie Chaplin beserta kakak dan krunya, memilih untuk berlibur di sana.

Setelahnya, tempat yang tak kalah memikat perjalanan Chaplin adalah Situ Cangkuang. Sebelum kedatangan Charlie Chaplin di tahun 1932, Situ Cangkuang telah sohor di tahun 1918.

Menurut Saeful Wanda Saputra, pemberitaan yang dilakukan oleh Thilly Weissenborn, fotografer berkebangsaan Jerman, memantik rasa penasaran dunia.

Panorama alam yang indah dari Grand Hotel Ngamplang, Garut. (Pinterest)

Thilly Weissenborn telah memasang foto Situ Cangkuang ke dalam kartu pos yang beredar luas di Eropa, menarik banyak perhatian wisatawan dari berbagai penjuru Eropa, bahkan dunia untuk datang ke Garut, melihat eksotisnya Situ Cangkuang itu.

Menariknya, di sekitar situ juga terdapat adanya Rumah Adat Pulo dan Candi Cangkuang yang menambah rasa penasaran dalam melihat peninggalan budaya kuno di kawasan Garut yang eksis selama ratusan tahun yang lalu.

Candi Cangkuang juga merupakan salah satu candi bercorak Hindu yang ditemukan di Jawa Barat.

Setelah melalui dua destinasi situ yang menyenangkan, Charlie Chaplin juga mengunjungi Gunung Papandayan. Gunung merapi aktif di Garut ini memiliki tinggi sekitar 2.665 mdpl.

Situ Bagendit di antara penduduk lokal tahun 1930-an. (Naratasgaroet/SW Saputra)

Diketahui, ketertarikan Chaplin dengan Papandayan terjadi kala ia kerap melihat panorama indahnya dari Grand Hotel Ngamplang, tempat ia menginap.

Di tempat ia menginap, sajian lanskap alam Garut telah menunjukan sisi magisnya, menggerakkan langkah sang superstar, Chaplin untuk menjajaki setiap jengkal eksotisnya destinasi alam yang ditawarkan oleh Garut kepadanya. Karena keindahannya, Charlie Chaplin menjuluki Garut sebagai Swiss van Java.