Pembunuhan Keji Tsar Nicholas II 'Napas Terakhir Kekaisaran Rusia'

By Sysilia Tanhati, Rabu, 9 Februari 2022 | 10:00 WIB
Nicholas II tidak siap dan tidak pernah ingin menjadi seorang tsar. Sayangnya, sang Ayah pun tidak mempersiapkan dirinya untuk memerintah kekaisaran. (Boissannas et Eggler/Wikimedia)

Nationalgeographic.co.id—Ketika Nicholas Romanov dinobatkan sebagai tsar Rusia pada tahun 1894, dia tampak bingung. “Apa yang akan terjadi pada saya dan seluruh Rusia?”

Kepada salah satu penasihatnya, ia menuturkan bahwa ia tidak siap dan tidak pernah ingin menjadi seorang tsar.

Dua puluh empat tahun kemudian, ia pun tampak sama bingungnya. Pada saat itu, sekelompok anggota polisi rahasia Bolshevik bergerak untuk membunuhnya. Meskipun telah digulingkan beberapa bulan sebelumnya, mahkota dan namanya dicuri serta keluarganya dipenjara, ia tidak menyangka akan dibunuh.

Apa yang menyebabkan tsar terakhir Kekaisaran Rusia dan keluarganya dibunuh dengan kejam?

Rusia berbalik melawan Nicholas II setelah serangkaian keputusan yang tidak populer

Akar pembunuhan keluarga Romanov dapat ditemukan pada hari-hari awal pemerintahan Nicholas. Sebagai putra tertua Kaisar Alexander III, Nicholas adalah pewaris yang ditunjuk ayahnya. Sayangnya, sang Ayah tidak mempersiapkan putranya untuk memerintah Rusia yang saat itu dilanda gejolak politik.

Seorang otokrat yang ketat, Alexander percaya bahwa seorang tsar harus memerintah dengan tangan besi. Dia melarang siapa pun di Kekaisaran Rusia untuk berbicara bahasa non-Rusia, menindak kebebasan pers, dan melemahkan institusi politik rakyat.

Akibat dari pemerintahan tangan besi sang Ayah, Nicholas mewarisi Rusia yang bergejolak. Beberapa hari setelah penobatannya pada tahun 1894, hampir 1.400 rakyatnya meninggal karena penyerbuan besar-besaran. Mereka berkumpul di sebuah lapangan besar di Moskow untuk menerima hadiah penobatan dan souvenir. Namun hari itu berakhir dengan tragedi, cara yang buruk untuk memulai pemerintahan. Sayangnya, ia menanggapinya dengan ceroboh sehingga rakyat memberi julukan “Nicholas the Bloody.”

Ketidakpuasan rakyat semakin meningkat. Namun ia membantai orang-orang yang berseberangan dengannya. Hampir 100 pengunjuk rasa yang tidak bersenjata dibantai selama pertemuan damai tahun 1905.

Bencana Perang Dunia I dan reputasi Rasputin mengikis dukungan publik terhadap Nicholas

Sang putra mahkota, Alexei, lahir dengan hemofilia. Kondisi ini dapat membuatnya meninggal hanya karena luka kecil. Penyakitnya dirahasiakan oleh seluruh keluarga.

Permaisuri Alexandra, istrinya, tunduk di bawah cengkeraman Grigori Rasputin. Ia adalah seorang mistikus yang diyakininya telah menyelamatkan hidup Alexei. Pengaruh Rasputin yang berkembang di dalam keluarga menimbulkan kecurigaan dan membuat rakyat makin membenci kekaisaran.