Namun, penjelasan bahwa individu ini adalah H. habilis muncul dari analisis tulang belakang yang dibandingkan dengan makhluk purba lainnya. Individu itu, terang para peneliti, jelas sebagai hominin berkaki dua yang bertubuh besar karena tulang belakangnya lebih berat demi menopang berat badan seperti kita, manusia modern.
"Salah satu pertanyaan utama mengenai penyebaran manusia dari Afrika adalah kondisi ekologi yang mungkin telah memfasilitasi penyebaran. Teori sebelumnya memperdebatkan apakah manusia purba lebih menyukai sabana Afrika atau habitat hutan baru yang lebih lembab," terang rekan peneliti Mirima Belmaker dari The Department of Anthropology, The University of Tulsa, AS.
"Temuan baru kami tentang manusia yang berbeda spesies di Dmanisi dan Ubeidiya konsisten dengan temuan kami bahwa iklim juga berbeda antara kedua lokasi. Ubeidiya lebih lembab dan cocok dengan iklim Mediterania, sedangkan Dmanisi lebih kering dengan habitat sabana."
"Studi ini menunjukkan dua spesies, masing-masing menghasilkan spesies pengguna peralatan batu yang berbeda, didukung oleh fakta bahwa setiap populasi menyukai lingkungan yang berbeda," lanjut Belmaker.
Bagaimana dengan spesies manusia modern? Diperkirakan Homo sapiens memiliki rute migrasi yang kompleks dengan tepecah antara keluar Afrika sekitar 58 juta tahun silam, dan masih berpindah-pindah di Afrika sendiri. Penelitian terkait kompleksnya rute migrasi manusia modern di saat memulai perjalanan keluar Afrika telah diberitakan lewat artikel National Geographic Indonesia Oktober 2021.
Baca Juga: Tidak Sembarangan, Manusia Purba Ternyata Paham Penataan Ruangan