Nationalgeographic.co.id—Berbagai penelitian tentang sejarah manusia di belahan dunia mengungkap rute migrasi leluhur kita meninggalkan Afrika. Banyak temuan menarik, seperti sebelumnya bagaimana fosil manusia modern tertua ditemukan di Sulawesi Selatan, yang bisa menjelaskan migrasi leluhur kita ke Australia atau berkelana di kepulauan Samudera Pasifik.
Meski demikian, masih belum jelas bagaimana rute migrasi dan titik asal manusia modern berasal di Afrika. Lewat penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Human Genetics, Jumat (08/10/2021), para peneliti menyempurnakan skenario migrasi keluar dari Afrika lebih rinci.
Para arkeolog dan ahli genetika sepakat, semua manusia modern berasal dari suatu tempat di Afrika sekitar 300 ribu tahun yang lalu. Perpindahan kependudukan yang menempati seluruh tempat di dunia terjadi sekitar 60 hingga 70 ribu tahun lalu.
Secara genetik, baik data kromosom Y yang menurunkan garis patrilineal, dan genom mitokondria untuk matrilineal telah membuktikan hal ini. Tetapi hubungan yang tepat antara manusia modern yang meninggalkan Afrika dan populasi manusia yang ada saat ini menghuni benua asal itu tidak sepenuhnya digali.
Penelitian yang menggunakan mesin pembelajaran itu merupakan metode baru untuk memahami sejarah kita. Para peneliti juga menyebut bahwa dinamika kependudukan manusia di Afrika semasa penyebaran keluar dari Afrika, ternyata lebih kompleks dari yang sebelumnya diperkirakan.
Kelompok penelitian yang dipimpin oleh Francesco Montinaro dari Institute of Genomics, University of Tartu, Estonia, membuat model sederhana. Mereka melihat fase pertama subdivisi populasi yang ada di dalam Afrika, kemudian diikuti dengan pemisahan antara leluhur orang Eruasia modern dan nenek moyang orang Afrika Timur atau Timur Laut modern.
Baca Juga: Selidik Fosil Rahang Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan
Model itu menjelaskan, penyebaran keluar dari Afrika didahului oleh pergantian populasi dari Timur ke Afrika Barat. Peristiwa ini kemungkinan menyeragamkan orang Afrika Barat dan Timur dalam genetikanya.
"Sangat menarik untuk melihat bagaimana pemahaman kita tentang masa lalu manusia menjadi semakin kompleks dan terperinci," terang Vasili Pankratov, rekan penulis penelitian dari University of Tartu, Estonia.
"Model baru kami dapat memberikan kita petunjuk mengapa Afrika Barat menunjukkan waktu yang lebih muda berpisah dari dari populasi Afrika," lanjutnya dikutip dari Eurekalert.
Baca Juga: Teka-Teki Jalur Migrasi Polinesia Terpecahkan Melalui Analisis DNA
Para peneliti menulis, pergantian ini mencapai 90 persen dari kumpulan gen Afrika Barat yang ada saat ini, meningkatkan kecenderungan kesamaan antara orang Afrika Barat dan Eurasia. Diperkirakan peristiwa pergantian terjadi sekitar 60 ribu tahun yang lalu, yang diungkap dari data genetika pada waktu pemisahan antara orang Afrika dan non-Afrika.
"Hipotesis serupa diajukan sebelumnya untuk kromosom Y. Tapi ini pertama kalinya kami mendemonstrasikannya untuk DNA autosomal," kata Montinaro. DNA autosomal berasal dari kedua orang tua, bukan dari kromosom Y atau mitokondria, yang hanya berasal dari salah satu orang tua kita.
"Hasil kami mendukung model kembali ke Afrika dibandingkan alternatif lain. Kami memperkirakan bahwa ada dua pemisahan berurutan antara Afrika dan populasi di luar Afrika yang terjadi sekitar 60-90 ribu tahun yang lalu dan dipisahkan oleh 13-15 ribu tahun," lanjutnya bersama tim dalam makalah.
"Salah satu populasi yang dihasilkan dari perpecahan yang lebih baru telah menggantikan sebagian besar populasi Afrika Barat yang lebih tua, sementara yang lain telah membentuk populasi di luar Afrika."
Baca Juga: Jazirah Arab Dulunya Hijau dan Jadi Rute Migrasi Penting Manusia Purba
Jawabannya masih samar, karena beberapa berpendapat berasal dari Afrika Utara, Afrika bagian Selatan, dan ada juga yang berpendapat bahwa keberadaan manusia modern kini terjadi akibat perkawinan Homo sapiens yang kawin campur dengan spesies homo lainnya di luar Afrika.
Montinaro lewat penelitian tahun 2018 di jurnal African History lebih berpendapat bahwa manusia modern muncul sebagai hasil percampuran antara kelompok Afrika yang berbeda, "atau mungkin populasi Homo lainnya, menentang pandangan umum tentang asal-usul unik spesies kita."
Afrika belahan selatan menjadi fokus tempat penelitian itu, dengan asumsi tempat itulah manusia modern berasal. Tetapi karena selama ribuan tahun terakhir memiliki peristiwa yang panjang, sulit untuk memahami asal-usul manusia di sana karena memiliki kompleksitivitas terkait adaptasi lingkungan, dan campuran bias jenis kelamin, untuk diteliti secara genetika.
"Peristiwa sejarah penjajahan Eropa dan perdagangan budak milenium terakhir, dan munculnya kelompok budaya baru, semakin meningkatkan varibilitas genom populasi manusia di wilayah ini, salah satu yang paling beragam secara genetik di dunia," tulis Montinaro dan tim dalam penelitian berjudul Genetics and Southern African History.
Baca Juga: Lewat Bakteri Ini, Ilmuwan Ungkap Sejarah Migrasi Manusia ke Amerika
Source | : | eurekalert,biorxiv.org |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR