Secara genetik, baik data kromosom Y yang menurunkan garis patrilineal, dan genom mitokondria untuk matrilineal telah membuktikan hal ini. Tetapi hubungan yang tepat antara manusia modern yang meninggalkan Afrika dan populasi manusia yang ada saat ini menghuni benua asal itu tidak sepenuhnya digali.
Penelitian yang menggunakan mesin pembelajaran itu merupakan metode baru untuk memahami sejarah kita. Para peneliti juga menyebut bahwa dinamika kependudukan manusia di Afrika semasa penyebaran keluar dari Afrika, ternyata lebih kompleks dari yang sebelumnya diperkirakan.
Kelompok penelitian yang dipimpin oleh Francesco Montinaro dari Institute of Genomics, University of Tartu, Estonia, membuat model sederhana. Mereka melihat fase pertama subdivisi populasi yang ada di dalam Afrika, kemudian diikuti dengan pemisahan antara leluhur orang Eruasia modern dan nenek moyang orang Afrika Timur atau Timur Laut modern.
Baca Juga: Selidik Fosil Rahang Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan
Model itu menjelaskan, penyebaran keluar dari Afrika didahului oleh pergantian populasi dari Timur ke Afrika Barat. Peristiwa ini kemungkinan menyeragamkan orang Afrika Barat dan Timur dalam genetikanya.
"Sangat menarik untuk melihat bagaimana pemahaman kita tentang masa lalu manusia menjadi semakin kompleks dan terperinci," terang Vasili Pankratov, rekan penulis penelitian dari University of Tartu, Estonia.
"Model baru kami dapat memberikan kita petunjuk mengapa Afrika Barat menunjukkan waktu yang lebih muda berpisah dari dari populasi Afrika," lanjutnya dikutip dari Eurekalert.
Baca Juga: Teka-Teki Jalur Migrasi Polinesia Terpecahkan Melalui Analisis DNA
Source | : | eurekalert,biorxiv.org |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR