Nationalgeographic.co.id—Interaksi antara manusia dan rusa atau rusa dan hewan-hewan lain kini menjadi perhatian yang mendesak di antara para ilmuwan. Sebab, virus corona sekarang muncul luas di populasi rusa berekor putih di Amerika Serikat.
Para peneliti di Pennsylvania State University mengidentifikasi hampir 20 rusa berekor putih di Staten Island, New York, yang terinfeksi varian Omicron antara Desember 2021 dan Januari 2022.
Temuan mereka, yang belum ditinjau para rekan sejawat, menandai laporan pertama mengenai Omicron yang menyebar ke hewan liar. Peristiwa penularan terjadi ketika populasi yang sangat terinfeksi menularkan virus itu ke spesies-spesies lain yang belum pernah terpapar sebelumnya.
Departemen Pertanian AS telah mendeteksi infeksi virus corona di antara rusa-rusa berekor putih di 15 negara bagian, kata juru bicara USDA seperti diberitakan The New York Times.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu, para peneliti Penn State University mengidentifikasi virus corona pada sekitar sepertiga sampel rusa berekor putih di Iowa antara September 2020 dan Januari 2021. Kelompok peneliti lain menemukan virus tersebut pada sepertiga sampel rusa di Ohio mulai Januari. hingga Maret 2021.
"Kami tidak menyangka akan menemukan tingkat infeksi yang meluas ini," ujar Suresh Kuchipudi, direktur asosiasi Laboratorium Diagnostik Hewan di Penn State.
"Itu cukup mengejutkan, dan juga cukup mengkhawatirkan," ucapnya kepada Insider.
Para ilmuwan khawatir rusa-rusa itu bisa menjadi reservoir virus corona, bahkan setelah COVID-19 menjadi endemik pada manusia. Dalam skenario terburuk, virus itu mungkin berevolusi pada rusa untuk menjadi lebih baik dalam menghindari perlindungan vaksin, kemudian menyebar ke manusia sebagai varian yang lebih mematikan.
Tapi fenomena seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya, kata Vaughn Cooper, direktur Center for Evolutionary Biology and Medicine di University of Pittsburgh. Kebanyakan orang di AS memiliki beberapa perlindungan terhadap virus melalui vaksin atau infeksi alami, sehingga sulit bagi varian baru untuk mengesampingkan pertahanan kekebalan yang ada.
"Bisakah rusa menjadi inang yang memunculkan garis keturunan yang sukses pada manusia? Saya masih berpikir itu tidak mungkin," kata Cooper, seperti dilansir Business Insider.
"Kita sebenarnya menjadi populasi yang lebih sulit untuk diserang karena virus utama begitu lazim."
Yang menyedihkan, rusa bukan satu-satunya hewan yang dapat tertular infeksi virus corona. Para ilmuwan telah mendeteksi virus itu pada kucing, anjing, musang, cerpelai, babi, dan kelinci.
Namun para peneliti lebih memperhatikan rusa berekor putih karena beberapa alasan. Selain sangat rentan terhadap infeksi, rusa berekor putih berlimpah di AS dan hidup berdekatan dengan manusia.
Untuk saat ini, para ilmuwan tidak tahu apakah rusa dapat menyebarkan virus corona ke manusia. Mereka hanya tahu bahwa virus itu cukup baik menginfeksi populasi rusa. Rusa-rusa hidup dalam kawanan, sehingga mudah bagi hewan0hewan untuk menularkan virus satu sama lain melalui air liur atau kotoran.
Agar rusa dapat menginfeksi manusia secara langsung, "Anda pada dasarnya harus menjadi pemburu," kata Cooper. Ada juga kemungkinan bahwa rusa dapat menularkan virus ke manusia melalui inang perantara, seperti hewan pengerat atau hewan peliharaan.
Kuchipudi menjelaskan, setiap kali ada hewan yang terinfeksi virus corona, hewan itu selalu dapat menjadi sumber infeksi pada hewan rentan lainnya. "Bahkan terkadang pada manusia, jika kondisinya tepat," tegasnya.
Baca Juga: Beruang Cokelat Bangun dari Hibernasi dan Membunuh 38 Anak Rusa Kutub