Pembagian Kelas di Romawi Kuno dan Upaya Para Budak untuk Naik Kasta

By Utomo Priyambodo, Senin, 14 Februari 2022 | 15:00 WIB
Mosaik yang menggambarkan para budak Romawi. (Pascal Radigue/Wikimedia Commons)

Jadi, dari waktu ke waktu telah menjadi kebiasaan bahwa perempuan dalam rumah tangga termasuk dalam kelas yang sama dengan ayah atau suaminya. Berbeda dengan pria, wanita Romawi kuno tidak memiliki pakaian khusus untuk menunjukkan status sosial mereka.

Baca Juga: Perayaan Musim Semi Lupercalia Romawi Kuno, Penuh Kekerasan Seksual!

Kelas Plebeian atau Orang-Orang Biasa

Tidak seperti sekarang, masyarakat Romawi kuno tidak memiliki kelas menengah. Ini berarti bahwa ada perbedaan besar antara dua kelas atas Senator dan para penunggang kuda dengan kelas-kelas di bawahnya. Kelas di bawanya adalah kelas pekerja atau orang-orang biasa.

Jika seseorang adalah orang yang lahir bebas dengan kewarganegaraan Romawi, mungkin ada kesempatan yang sangat kecil untuk dapat naik ke kelas penunggang kuda, jika seseorang dapat memperoleh kekayaan yang cukup. Di sisi lain, masuk ke kelas Senator hampir tidak mungkin bagi kelas pekarja dan bahkan sulit bagi mereka dari kelas berkuda.

Kelas yang lebih bawah atau orang-orang biasa ini biasanya memakai toga sebagai warga negara yang lahir bebas. Mereka juga memegang hak untuk membuat kontrak, yang memberi mereka hak untuk menikah, tetapi hanya dengan warga negara Romawi lainnya. Pernikahan itu bisa menghasilkan anak-anak yang akan diakui sebagai warga negara Romawi juga.

Kelas sosial Romawi kuno ini termasuk orang-orang Latin yang lahir bebas dan tinggal di Semenanjung Italia. Kemudian, sekitar tahun 90 Sebelum Masehi, mereka memperoleh bentuk kewarganegaraan penuh. Tetapi jika mereka adalah para budak sebelumnya yang tidak dibebaskan dengan benar oleh seorang warga negara Romawi, maka mereka ditempatkan di kelas lain yang dikenal sebagai kelas Latin Junian.

Ada para budak di Romawi yang mendapatkan kebebasan setelah diberikan kebebasannya. Mereka adalah laki-laki dan perempuan yang sebelumnya menjadi budak tetapi telah menabung cukup uang untuk membeli kebebasan mereka.

Meski demikian, mereka mungkin memiliki berbagai batasan yang dikenakan pada mereka dan masih berutang tugas tertentu kepada pemiliknya sebelumnya. Jadi dalam arti tertentu mereka bukan orang yang sepenuhnya bebas.

Mantan majikan inilah yang sekarang menjadi pelindung mereka. Meskipun diberi kebebasan, para budak yang sudah dibebaskan tetap tidak diizinkan, atau bahkan tidak memenuhi syarat, untuk melamar jabatan publik apa pun.

Mereka terjebak dalam sistem hukum negara yang tidak dapat mereka hindari. Mereka umumnya tidak dibayar dengan baik bahkan ketika beberapa memperoleh keterampilan untuk berdagang. Mereka terus dikenal sebagai anggota kelas bawah dalam masyarakat Romawi.