Pernah Hancurkan Dua Kota Romawi, Akankah Vesuvius Meletus Lagi?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 16 Februari 2022 | 09:00 WIB
Sisa bangunan di Pompeii yang ditinggalkan oleh penduduk akibat letusan Gunung Vesuvius. Gunung ini masih tertidur dan akan membuat letusan dahysat di masa depan, tapi kapan? (Yunaidi Joepoet)

Nationalgeographic.co.id—Vesuvius adalah salah satu gunung yang mengerikan bagi sejarah Eropa. Para sejarawan dan arkeolog memperkirakan lebih dari tiga juta orang yang pernah tinggal di sekitarnaya selama masa sejarah dan prasejarah. Gunung itu menghasilkan letusan yang begitu menghanncurkan berbagai pemukiman dan kota, bahkan di masa Romawi.

Melihat kehancuran yang dihasilkannya, akankah gunung itu meletus lagi, kapan, dan seberapa kuat? Pertanyaan itu yang mendasari penelitian yang dilakukan sekelompok peneliti dari Swiss Federal Institute of Technology in Zürich (ETH Zurich), dan para peneliti di Italia.

Demi mencari jawabannya, mereka mengamati dari dekat empat letusan terbesar Vesuvius selama 10.000 tahun terakhir untuk mengetahui seberapa bahayanya gunung itu mengintai di masa mendatang. Mereka mempublikasikan penelitiannya di Science Advances edisi 12 Januari 2021, berjudul Garnet petrochronology reveals the lifetime and dynamics of phonolitic magma chambers at Somma-Vesuvius.

Baca Juga: Perayaan Musim Semi Lupercalia Romawi Kuno, Penuh Kekerasan Seksual!

Mereka menetapkan letusan Avellino yang terjadi 3.950 tahun silam (1995 SM) sebagai bencana paling buruk yang dihasilkan Vesuvius. Letusan ini dimasukkan dalam pengamatan bersama tiga letusan lainnya, termasuk yang terjadi pada 79 Masehi yang mengubur dua kota Romawi, Pompeii dan Herculaneum. Selain letusan-letusan besar itu, para peneliti juga memasukkan beberapa letusan kecil (Plinian) dan terkecil (sub-Plinian). 

Penulis utama penelitian ini adalah Jörn-Frederik Wotzlaw dari Institute of Geochemistry and Petrology, Department of Earth Sciences di ETH Zurich. Mereka menentukan usia kristal garnet yang ada di endapan vulkanik Vesuvius untuk menyimpulkan berapa lama magama di dalam berada sebelum gunung berapi memuntahkannya.

Garnet menggabungkan dua unsur radioaktif, uranium dan thorium, dengan jumlah kecil tetapi masih bisa diukur. Lewat mengukur rasio isotop inilah, Wotzlaw dan tim dapat menentukan usia pengkristalan mineral itu.

Baca Juga: Sebelum Kejatuhan Kekaisaran Romawi, Kondisinya Mirip Dengan Saat Ini

Biasanya penelitian menggunakan zirkon, batuan mineral yang banyak ditemukan di batuan beku, tetapi tim memilih garnet untuk menentukan usia semburan vulkanik. Sebab magma di Vesuvius, menurut para peneliti, sifatnya terlalu basa untuk mengkristalkan zirkon dan lebih kaya akan garnet.

Mereka menyimpulkan, magma yang paling eksplosif atau magma fonolotik di Vesuvius tersimpan dalam reservoir kerak atas selama ribuan tahun dan lebih panas. Magma dari kerak bawah inilah yang kerap memicu letusan gunung ini.

Magma fonolitik ini mengendap di dalam ruang bawah selama sekitar 5.000 tahun sebelum dua peristiwa prasejarah pada 3.950 dan 8.890 tahun yang lalu. Sedangkan pada periode ketika manusia mulai mencatat peristiwanya, magmanya tersimpan di reservoir itu hanya selama 1.000 tahun.

"Kami pikir kemungkinan besar magma fonolitik di kerak atas menghalangi naiknya magma yang lebih primitif dan lebih panas dari reservoir yang lebih dalam," kata rekan penulis Olivier Bachmann dari ETH Zurich dalam rilis.