Cara Orang Romawi Bawa Hewan Buas Ke Colosseum, Ini Penjelasannya

By Maria Gabrielle, Jumat, 18 Februari 2022 | 08:00 WIB
Mozaik venatio dari marmer dan batu kapur. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Amfiteater raksasa bernama Colosseum menjadi salah satu ikon Kota Roma, Italia. Pembangunan Colosseum dimulai di bawah pemerintahan kaisar Romawi, Vespasianus antara tahun 70 dan 72 Masehi. Bangunan yang telah selesai diresmikan pada tahun 80 Masehi oleh Titus, putra dan penerus Vespasianus.

Layaknya amfiteater lainnya, Colosseum dibangun menjadi tempat hiburan, termasuk tuan rumah pertarungan gladiator. Diketahui bahwa gladiator Romawi biasanya adalah budak, penjahat atau tawanan perang. Diketahui, tidak hanya bertarung dengan sesama gladiator, ada juga pertarungan dengan hewan sebut saja beruang, badak, harimau, jerapah hingga gajah.

Kontes antara hewan buas dengan hewan buas atau manusia dikenal dengan nama venationes yang berarti perburuan hewan (animal hunts). Mereka yang terlibat dalam ekshibisi ini adalah tawanan, penjahat yang dihukum atau pemburu hewan tradisional.

Lantas, bagaimana hewan-hewan itu bisa sampai di Roma? Dilansir dari Ancient World Magazine, sampai dengan abad pertama Sebelum Masehi, negara-negara Timur Tengah yang berbatasan dengan Mediterania menyediakan beberapa spesies kucing (feline). Harimau melakukan perjalanan mereka secara ekstensif sebelum mencapai Roma.

Mereka diambil dari India dan dilihat oleh orang Romawi untuk pertama kalinya pada abad pertama Sebelum Masehi bahkan sebelum pembangunan Colosseum. Di Italia dan negara-negara Eropa lainnya dapat ditemui berbagai hewan termasuk beruang, banteng, bison dan lainnya. Biaya penangkapan, transportasi dan pemeliharaan dari Afrika maupun Asia dapat dimengerti jauh lebih tinggi daripada hewan yang berasal dari Italia maupun Eropa.

Sebagai informasi, meski Colosseum diresmikan pada tahun 80 M, laporan tentang pertunjukkan berburu sudah ada dari sebelumnya. Pada saat peresmian Colosseum, Nero membawa 300 singa dan 400 beruang, selama 100 hari lamanya pesta dan permainan diatur oleh Titus.

Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah tersebut mulai berkurang dan fenomena menarik terjadi pada abad ketiga Masehi. Jumlah hewan yang disediakan untuk kaisar di Colosseum tetap sangat tinggi. Namun, jenis hewan yang disediakan berubah secara signifikan. Secara khusus lebih banyak herbivora daripada karnivora, perubahan terjadi tidak hanya disebabkan karena krisis ekonomi tetapi juga karena faktor lingkungan tertentu.

Tampak dalam Colosseum di Roma, Italia. (Pixabay)

Penangkapan dan pengangkutan hewan adalah pekerjaan besar, karena hewan harus tetap sehat dan melakukan perjalanan ribuan mil. Perburuan menjadi jauh lebih berbahaya karena hewan harus diambil dalam keadaan hidup. Begitu tiba di kapal, hewan-hewan harus diberi makan dan dipelihara dalam kondisi baik. Tetapi banyak juga yang mati dalam perjalanan karena beberapa alasan, seperti infeksi karena makanan yang tidak biasa, perlakuan buruk penjaga yang tidak sabar, luka yang ditimbulkan sendiri saat berada di penangkaran ataupun perbedaan iklim.

Sehubungan dengan teknik yang digunakan oleh orang Romawi untuk menangkap hewan tertutama yang berbahaya, pertama-tama penyelenggara permainan memperkirakan jumlah hewan yang akan digunakan. Kemudian gubernur provinsi di mana hewan-hewan ini dapat ditangkap dihubungi guna memeriksa apakah wilayah mereka dapat memenuhi permintaan.

Barulah misi untuk menangkap hewan yang diminta dimulai. Hewan-hewan itu ditangkap oleh unit-unit tentara yang terlatih khusus. Alat utama yang digunakan adalah jaring dan tali untuk menarik leher binatang yang akhirnya ditempatkan di kandang. Herbivora ditangkap tanpa risiko tertentu, tetapi membutuhkan keterampilan, kesabaran, refleks yang baik, dan anjing yang dapat diandalkan.

Dalam kasus bison atau banteng, padang dibangun dan hewan diarahkan ke mereka dengan bantuan anjing. Atau, lubang digali di tanah dan mereka dipaksa masuk ke dalamnya. Sedangkan untuk feline diburu dengan teknik yang berbeda. Pemburu menggali beberapa lubang untuk digunakan sebagai jebakan, kemudian mereka menempatkan seekor kambing atau domba yang diikat dengan kuat di atas tiang kayu, tanah liat, atau batu dan menyembunyikan lubang dengan cabang dan ranting.

Domba atau kambing akan mulai mengembik dan menarik perhatian pemangsa. Begitu kucing besar itu melompat ke mangsanya, ia akan jatuh ke dalam lubang tanpa ada kemungkinan untuk melarikan diri. Para pemburu kemudian akan menjatuhkan kandang dengan daging di dalamnya. Setelah binatang itu memasuki kandang, mereka akan menutupnya dan menariknya ke atas.

Cara alternatif adalah mendorong pemangsa menuju kandang di mana kandang terbuka ditempatkan. Hewan-hewan dipaksa ke arah ini dengan bantuan kuda dan obor. Sedikit daging dimasukkan ke dalam kandang dan begitu kucing masuk, kandang akan ditutup dan diangkut lebih jauh.

Dengan cara yang sangat mirip, hewan juga bisa terperangkap dalam jaring yang kuat dan kemudian diseret ke dalam kandang. Untuk perjalanan sebagian besar melalui laut yang merupakan cara tercepat untuk bepergian pada waktu itu.

Baca Juga: Pemakaman Romawi Kuno, Pelayat Harus Garuk Wajah sebagai Tanda Duka

Baca Juga: Jika Cina Punya Tembok Besar Cina, Romawi juga Punya Tembok Hadrian