Pemakaman Romawi Kuno, Pelayat Harus Garuk Wajah sebagai Tanda Duka

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 17 Februari 2022 | 08:00 WIB
Adegan berkabung dari sarkofagus anak Romawi. Marmer, abad ke-2 M, pemakaman Romawi di Agrigento, Sisilia. (Mark Cartwright (CC BY-NC-SA))

Nationalgeographic.co.id—Pemakaman Romawi adalah ritus peralihan yang menandakan transisi antara keadaan hidup dan mati. Sangat penting untuk melakukan upacara dan penguburan yang tepat untuk menghindari munculnya roh jahat dari dunia bawah.

Meskipun tidak ada deskripsi langsung tentang praktik pemakaman Romawi yang diturunkan, ada banyak sumber kuno yang memberikan catatan tentang pemakaman kuno. Secara umum, ada lima bagian pemakaman Romawi: Prosesi, kremasi dan penguburan, eulogi (sanjungan), pesta, dan peringatan.

Prosesi

Prosesi pemakaman ditandai dengan pergerakan jenazah, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, serta suara bising yang ditimbulkannya. Semakin kaya dan terkenal almarhum dalam hidup, semakin mencolok prosesi pemakaman dengan pantomim dan musisi. Bagi orang miskin, mungkin hanya beberapa pemain suling yang memainkan musik pada prosesi tersebut.

Pelayat profesional membentuk sebagian besar prosesi. Mereka adalah wanita yang bukan anggota keluarga almarhum, dan harus dibayar untuk berpartisipasi. Menurut catatan pemakaman, para pelayat akan meratap dengan keras dan benar-benar mencabuti rambut mereka dan menggaruk wajah sebagai tanda duka. Sejumlah besar pelayat profesional menandakan bahwa almarhum adalah individu yang kaya dan berkuasa.

Sebuah makam Romawi abad ke-1 M. Di dalamnya disimpan sisa-sisa kremasi almarhum. Prasasti menyebutkan nama penghuni sebagai Laria Amabilis, suaminya M.Petronius, dan putri mereka Petronia Secunda dari wilayah Piacenza. (Museum Arkeologi Pavia, Italia)

Baca Juga: Orang Romawi Kuno Telah Gunakan Toilet Portabel, Ini Penampakannya

Baca Juga: Rayuan Maut Pria Romawi Kuno Memikat Lawan Jenis, Bagaimana Caranya?

Freedmen, atau klien almarhum, juga berpartisipasi dalam prosesi sebagai cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada pelindung mereka. Para aktor dengan imajinasi (topeng leluhur) membentuk bagian selanjutnya dari prosesi. Aktor-aktor ini akan berpakaian seperti leluhur almarhum dan mereproduksi persona mereka.

Pemujaan leluhur benar-benar sentral bagi kepercayaan orang Romawi tentang kematian dan kehidupan setelah kematian. Baru setelah para aktor yang berpakaian seperti leluhur lewat, jenazah almarhum diangkut. Mayat itu dibawa dalam sebuah usungan (nampan seperti tempat tidur). Keluarga almarhum mengikuti, menandai akhir dari apa yang dalam banyak hal merupakan prosesi yang jauh lebih besar daripada apa yang akan ditemukan dalam sebuah pernikahan.

Kremasi & Pemakaman

Dalam acara kremasi, tubuh dibawa ke pekuburan dan diletakkan di atas tumpukan kayu pemakaman. Kemudian dibakar, dan abu serta sisa potongan tulang dan gigi dimasukkan ke dalam guci pemakaman. Diyakini bahwa sampai jenazah dikebumikan, “bayangan” (roh) belum menyeberangi Sungai Styx (sungai yang membawa seseorang dari Dunia Orang Hidup ke Dunia Orang Mati). Dengan demikian, kesan psikis almarhum masih melekat di sekitar teman dan keluarga, dan roh akan marah jika ada hal negatif yang dikatakan tentangnya.