Kisah Ratu Marie Antoinette yang Dieksekusi Saat Revolusi Prancis

By Utomo Priyambodo, Kamis, 17 Februari 2022 | 10:00 WIB
Eksekusi Ratu Marie Antoinette dengan guillotine. (Anonymous, 1793/Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Para sejarawan modern sepakat bahwa kehidupan Marie Antoinette adalah campuran dari kesenangan dan kegerian. Dia dikenal sebagai Ratu Prancis yang hidup mewah, tapi kemudian dieksekusi dengan guillotine saat Revolusi Prancis.

Semua sepakat bahwa Marie Antoinette adalah perempuan yang cantik ketika dia masih muda. Namun dia juga orang yang naif, dan hidupnya di Prancis bukanlah sesuatu yang mudah dan mulus.

Orang-orang Prancis membencinya. Dia harus berurusan dengan gosip jahat dan tuduhan mengerikan. Tapi apa kebenaran di balik kisah hidupnya yang dramatis? Apakah dia wanita jahat atau lebih tepatnya korban manipulasi yang tidak bisa dia duga sebelumnya?

Lahir pada 2 November 1755, di Istana Hofburg di Wina, Austria, Marie Antoinette adalah putri bungsu dari Permaisuri Maria Theresa, penguasa Kekaisaran Habsburg, dan suaminya Francis I, Kaisar Romawi Suci. Sehari sebelum dia lahir, gempa berkekuatan 8,5 magnitudo melanda Lisbon, menewaskan 30.000 orang. Orang-orang kemudian berkatan bahwa kelahirannya yang diiringi oleh gempa mengerikan tersebut telah menjadi ramalan atau pertanda buruk atas kehidupannya kelak.

Ayah Marie Antoinette, Francis I meninggal ketika dia baru berusia sepuluh tahun, dan ibunya sedang terburu-buru untuk mengatur pernikahan yang cocok untuk putrinya. Tujuannya adalah untuk mengakhiri permusuhan dengan musuh lamanya, Raja Louis XV dari Prancis. Pernikahan antara Louis XVI dari Prancis dan putri Permaisuri Austria akan menjadi aliansi sempurna yang mampu mengamankan perdamaian antara kedua negara dan menghancurkan ambisi Prusia dan Britania Raya.

Marie Antoinette bertemu suaminya pada 14 Mei di tepi hutan Compiègne, dan upacara pernikahan berlangsung pada 16 Mei 1770, di Istana Versailles. Pada saat pernikahan, Marie Antoinette berusia 15 tahun, dan Louis XVI berusia 16 tahun.

Masalah Marie Antoinette dimulai tepat pada malam pernikahan dan berlanjut selama bertahun-tahun kemudian. Kegagalan pasangan ini untuk menghasilkan anak selama beberapa tahun ber dan orang mempertanyakan hubungan seksual mereka.

Bukan hal yang aneh jika publik mengejek Raja dengan bertanya, "Bisakah Raja melakukannya? Tidak bisakah Raja melakukannya?"

Kemampuan Ratu untuk menjadi seorang ibu adalah topik yang terus diperdebatkan. Apakah pernikahan itu gagal? Desas-desus palsu menyebar, menambah bahan bakar untuk gosip abadi, dan publik mulai curiga bahwa Ratu Prancis yang baru adalah seorang lesbian dan tidak dapat melakukan hubungan seksual dengan seorang pria.

Marie Antoinette tidak ingin membicarakan hubungan seksualnya dengan suaminya. Sebaliknya, dia menghabiskan waktu menikmati dirinya sendiri dengan musik, berburu, dan berjudi. Dia disebut Ratu paling cantik di Eropa, dan dia adalah wanita pesta sejati.

Ratu Marie Antoinette. (Louise Élisabeth Vigée Le Brun, 1783/Public Domain)

Bagi Marie Antoinette, hidup tampak baik, kecuali kenyataan bahwa ada tekanan pada dirinya untuk melahirkan seorang anak. Jika dia gagal, dia bisa dikirim kembali ke Austria.

Akhirnya, pada 19 Desember 1778, Ratu Prancis melahirkan seorang putri Marie-Thérèse Charlotte. Kehamilan keduanya berakhir dengan keguguran pada awal Juli 1779, tetapi pada 22 Oktober 1781, ia melahirkan Louis Joseph Xavier François, Dauphin dari Prancis.

Baca Juga: Mengapa Tidak Ada yang Menyelamatkan Tsar Nicholas II dari Eksekusi?

Baca Juga: Analisa Tinta Ungkapkan Rahasia dalam Surat Cinta Marie Antoinette

Meski Ratu Marie Antoinette telah memenuhi tugasnya untuk melahirkan ahli waris, tetapi dia tetap tidak populer di kalangan publik. Setiap kali dia keluar, dia disambut dengan keheningan.

Orang-orang berbicara buruk di belakangnya dan mengejeknya. Popularitasnya tidak membaik dengan fakta bahwa dia memiliki hubungan cinta dengan temannya diplomat Swedia Count Axel von Fersen, yang telah kembali ke Versailles untuk waktu yang singkat.

Orang-orang dapat mengatakan bahwa Marie Antoinette pada dasarnya disalahkan atas segala kesalahan yang terjadi di negara itu, termasuk krisis ekonomi yang terjadi di Prancis karena partisipasi negara yang mahal dalam Perang Kemerdekaan Amerika Utara.

Ratu Marie sering menjadi sasaran sindiran. Dikatakan dia adalah seorang pecandu alkohol, pelacur, dan lesbian. Dia bahkan dituduh melakukan inses, yang dengan tegas dia tolak. Dia bertanya kepada suaminya pada beberapa kesempatan mengapa orang-orang Prancis sangat membencinya, dan dia pikir itu mungkin karena dia dari Austria.

Para sejarawan modern yakin tidak ada alasan untuk mencurigainya melakukan inses, tetapi kampanye melawan Marie Antoinette semakin kuat, dan kebiasaan mahalnya dikritik. Ketidakpuasan terhadap keluarga kerajaan menyebar di antara penduduk Prancis. Orang-orang miskin, tapi Raja dan Ratu justru hidup dalam kemewahan.

Dikutip dari Ancient pages, pawai di Versailles adalah salah satu peristiwa paling awal dan paling signifikan dari Revolusi Prancis. Pada tanggal 5 Oktober 1789, para wanita di Prancis merasa sudah cukup menderita ketidakadilan akibat krisis ekonomi di negara mereka. Roti sangat sulit didapat dan sangat mahal, dan memberi makan anak-anak tampak seperti tugas yang mustahil.

Para wanita yang marah memutuskan untuk mengadu langsung kepada Raja Louis XVI dan keluarganya serta seluruh istana mereka. Demonstrasi mereka dengan cepat menjadi terkait dengan kegiatan kaum revolusioner, yang mencari reformasi politik liberal dan monarki konstitusional untuk Prancis.

Kerumunan besar para wanita yang frustrasi dan berbagai sekutu mereka tumbuh menjadi ribuan massa. Dengan didorong oleh para agitator revolusioner, mereka mengobrak-abrik gudang senjata kota dan berbaris ke Istana Versailles, sekitar 13 mil dari Paris.

Mereka menuntut untuk bertemu dengan "sang tukang roti", "istri si pembuat roti", dan "anak laki-laki pembuat roti". Kerumunan mengepung istana, dan dalam konfrontasi dramatis dan keras.

Beberapa orang masuk ke kamar Ratu. Marie Antoinette nyaris tidak lolos dari kepungan tapi masih bisa selamat melalui jalan rahasia yang ada di Istana Versailles.

Raja setuju untuk bertemu dengan beberapa wanita dan berjanji untuk membagikan semua roti di Versailles kepada orang banyak. "Biarkan mereka makan kue" adalah kutipan paling terkenal yang dikaitkan dengan Marie-Antoinette, Ratu Prancis selama Revolusi Prancis. Namun, tidak ada bukti Marie-Antoinette pernah mengatakan hal semacam ini.

Baca Juga: Pengaruh Politik Revolusi Prancis yang Berkelana Hingga Hindia Belanda

Baca Juga: Makna Semboyan Liberte, Egalite, Fraternite dalam Budaya Prancis

Dengan munculnya Revolusi Prancis, Raja Prancis dan keluarganya kemudian dituntut untuk dieksekusi. Pada bulan Desember 1792, Maximilien de Robespierre, musuh aristokrasi, sebenarnya sangat menentang eksekusi Raja Louis XVI.

Plot untuk membantu pelarian keluarga kerajaan dirancang, tetapi Marie-Antoinette menolaknya karena dia tidak ingin meninggalkan suaminya. Pelarian telah dicoba pada 21 Juni 1791, tetapi seluruh keluarga ditangkap kurang dari dua puluh empat jam kemudian di Varennes dan dibawa kembali ke Paris dalam waktu seminggu.

Raja Louis XVI dihukum mati dengan guillotine dan dieksekusi pada 21 Januari 1793. Marie Antoinette masih berharap putranya akan bertahan dan menjadi Raja Prancis berikutnya, tetapi ini tidak pernah terjadi. Putra dan putrinya diambil darinya, dan dia dikirim ke sel penjara yang dingin dan gelap di Conciergerie sebagai 'Tahanan no 280' yang menunggu eksekusinya.

Dia menghabiskan 70 hari di sana tanpa siang hari. Meski baru berusia 38 tahun, Marie-Antoinette kini tampak seperti wanita tua yang sakit-sakitan. Pengadilannya berlangsung dua hari dan dia dituduh mengatur pesta pora di Versailles, mengirim jutaan livre uang perbendaharaan ke Austria, merencanakan pembantaian gardes françaises (Pengawal Nasional) pada tahun 1792, Ratu juga menghadapi tuduhan inses yang dilakukan oleh putranya Louis Charles, ditekan untuk melakukannya oleh Jacques Hébert radikal yang mengendalikannya. Ratu Prancis membantah semua tuduhan dan menyatakan dia tidak pernah melakukan kengerian seperti itu.

Pada 16 Oktober, Marie Antoinette dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati dengan guillotine juga. Marie Antoinette dipenggal dengan guillotine pukul 12:15 pada 16 Oktober 1793. Dalam perjalanannya ke guillotine, dia menjaga martabatnya meskipun ada sorak-sorai orang banyak. Ketika dia menginjak kaki algojo, sikapnya sebagai wanita kelas atas muncul dengan meminta maaf kepada algojo tersebut.

Kisah hidup Ratu Marie Antoinette telah ditampilkan dalam banyak buku, dan dia kadang-kadang digambarkan sebagai wanita egois yang tidak menyadari penderitaan publik. Namun para penulis lain menyajikan citra yang lebih positif yang menyatakan bahwa dia adalah korban dari keadaan yang tidak menguntungkan.