Berburu "Cahaya Surga" di Perut Bumi Gua Jomblang

By Yussy Maulia, Jumat, 18 Februari 2022 | 17:11 WIB
Pemandangan (Dok. Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id – Gua Jomblang mendunia sejak Pegunungan Sewu ditetapkan sebagai Global Geopark Network oleh UNESCO pada September 2015. Destinasi wisata alam ini menjadi ikon kawasan karst yang membentang dari Gunungkidul hingga Tulungagung tersebut.

Tak seperti gua-gua lain di Pegunungan Sewu, mulut Gua Jomblang memanjang vertikal ke bawah. Kondisi ini terbentuk akibat amblesnya muka tanah pada masa ribuan tahun lalu yang menghasilkan sinkhole, atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah luweng.

Vegetasi tumbuhan di muka tanah yang ambles pun ikut jatuh dan tumbuh subur di dasar gua. Proses geologi itu membuat Gua Jomblang memiliki hutan purba dengan banyak tanaman yang tidak ditemukan baik di luar gua maupun kawasan geopark lainnya.

Satu pesona lain, dan mungkin yang paling populer, dari Gua Jomblang adalah pemandangan ray of light yang akrab disebut "cahaya surga". Sinar matahari yang masuk ke lubang gua menampilkan sorot cahaya seperti adegan pembuka dalam serial komedi Mr. Bean.

Baca Juga: Menyambut Sunset di Pulau Weh, Surga Kecil di Ujung Barat Nusantara

Keindahan itulah yang hendak diabadikan fotografer senior Dwi Oblo saat mengunjungi gua yang terletak di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul ini melalui program Nawa Cahaya: Capture the Unique Lights in Indonesia.

Puncak keindahan "cahaya surga" dapat dilihat sekitar pukul 10 pagi hingga 12 siang. Dwi tiba di waktu "pertunjukan" tersebut. Kali ini, ia sengaja tak membawa kamera andalannya karena ingin bereksperimen dengan kamera smartphone realme 9 Pro+.

Dwi memasuki gua menggunakan peralatan lengkap susur gua (caving) yang telah disediakan. Tinggi dari dasar hingga ke mulut gua sekitar 60 meter. Melihat air muka Dwi sedikit tegang, pemandu meyakinkan bahwa ia tak akan celaka karena semua peralatan dan prosedur sudah berdasarkan standar.

“Saya cuma tinggal duduk dan dipasang tali, lalu turun seolah pakai lift aja. Saya pikir perjalanan (ke dasar gua) akan lama, ternyata enggak sampai sepuluh menit sudah sampai,” cerita Dwi saat dihubungi Tim National Geographic Indonesia, Senin (7/2/2022).

Baca Juga: Menangkap Pesona Danau Semayang di Kala Langit Temaram

Meski hanya menggunakan seutas tali, lanjut dia, wisatawan tidak perlu khawatir soal keamanan. Tali yang digunakan merupakan jenis tali yang memang digunakan untuk susur gua sehingga cukup kuat untuk menahan beban berat.

Menurut Dwi, Gua Jomblang tidak hanya menjadi destinasi wisata alam bagi orang dewasa. Melainkan juga menjadi wisata alam yang edukatif bagi anak-anak, sebab ada pemandu yang siap memberi penjelasan selama eksplorasi menyusuri gua.