Neuron di Otak Kita Merespon Nyanyian Musik dengan Cara yang Berbeda

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 2 Maret 2022 | 08:00 WIB
Otak kita merespon suara nyanyian musik dengan cara yang berbeda dari suara lainnya. (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Manusia memiliki anugerah khusus lewat kognisinya untuk membuat suara, bahasa, dan kata. Kita berkreasi dengan hal-hal itu untuk membuat karya sastra indah seperti puisi, syair, bahkan bernyanyi dengan memahami betul nada mana yang harus dikeluarkan pada suatu bait.

Memang, tidak hanya hanya manusia beberapa hewan seperti burung kicau, paus bungkuk, atau bonobo, menunjukkan perilaku bernyanyi. Bedanya, kognisi kita tampaknya berbeda dari semua kerajaan hewan untuk bisa bernyanyi.

Selasa (22/02/2022), studi terbaru memberi pemahaman bagaimana otak kita bekerja pada musik. Para peneliti menemukan bahwa otak kita memiliki mekanisme saraf yang berbeda ketika mendengarkan nyanyian daripada suara pembicaraan atau alunan musik instrumental. Penelitian itu dipublikasikan di Current Biology berjudul A neural population selective for song in human auditory cortex.

"Temuan baru utama kami adalah bahwa salah satu komponen ini merespon hampir secara eksklusif musik dengan bernyanyi. Temuan ini menunjukkan bahwa otak manusia mengandung populasi saraf khusus untuk analisis lagu," tulis para peneliti.

Baca Juga: Studi: Bagaimana Neuron Membedakan Sinyal Motorik dan Sensorik?

Baca Juga: Robot Lego dengan 'Otak' Belajar Memecahkan Teka-teki Labirin

Baca Juga: Studi: Bagaimana Neuron Membedakan Sinyal Motorik dan Sensorik?

 

Kelompok peneliti yang dipimpin Sam Norman-Haignere dari Zuckerman Institute, Columbia University, AS, mendapatkan jawaban itu lewat teknik elektrokortikografi (ECoG). Teknik ini menempatkan elektroda di dalam tengkorak untuk merekam aktivitas listrik dari otak kita, sehingga mereka dapat memantaunya.

Selanjutnya, mereka mengukur aktivitas listrik untuk memahami aktivitas neuron dari data yang telah dikumpulkan ECoG. Para partisipan yang diamati ini juga dicatat mengenai riwayat sakit syarafnya, termasuk yang pernah menjalani operasi untuk epilepsi.

Karena ini akan ditanam di dalam kulit kepala, para partisipan dalam penelitian adalah yang setuju untuk direkam aktivitas otaknya saat melakukan tugas-tugas tertentu. 

Para peneliti memberikan tugas mereka untuk mendengar 165 suara yang umum, seperti getaran ponsel, tuangan air, suara berbicara, suara ketikan keyboard, termasuk campuran suara musik dengan nyanyian dan instrumental.