Mengurai Benang Kusut di Balik Perselisihan Rusia dan Ukraina

By Sysilia Tanhati, Senin, 21 Februari 2022 | 16:00 WIB
Saat ini, pasukan Rusia kembali berkumpul di perbatasan Ukraina, garis patahan yang mencerminkan sejarah wilayah yang penuh gejolak. (Dhārmikatva/Wikipedia)

Ukraina Barat, sebaliknya, menghabiskan waktu berabad-abad di bawah kendali pergeseran kekuatan Eropa seperti Polandia dan Kekaisaran Austro-Hungaria. Maka Ukraina Barat cenderung mendukung yang condong ke politik barat. Populasi timur cenderung lebih berbahasa Rusia dan Ortodoks, sementara bagian barat lebih berbahasa Ukraina dan Katolik.

Dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Ukraina menjadi negara merdeka. Tetapi menyatukan negara terbukti merupakan tugas yang sulit. Pertama, “rasa nasionalisme Ukraina Timur tidak sedalam seperti di Ukraina Barat,” kata mantan duta besar untuk Ukraina Steven Pifer. Transisi ke demokrasi dan kapitalisme menyakitkan dan kacau. Banyak orang Ukraina, terutama di timur, mendambakan stabilitas seperti era sebelumnya.

"Kesenjangan terbesar setelah semua faktor ini adalah antara mereka yang memandang Kekaisaran Rusia dan pemerintahan Soviet. Ada yang melihatnya dengan lebih simpatik dan ada yang menganggapnya sebagai tragedi," ungkap Adrian Karatnycky, pakar Ukraina. Celah-celah ini terungkap selama Revolusi Oranye 2004. Saat itu, ribuan orang Ukraina berbaris untuk mendukung integrasi yang lebih besar dengan Eropa.

Pada peta ekologi, Anda bahkan dapat melihat pemisahan antara bagian selatan dan timur dan wilayah utara barat. Wilayah selatan dan timur, dikenal sebagai stepa, memiliki tanah pertanian subur. Sedangkan wilayah utara dan barat, yang lebih berhutan, kata Serhii Plokhii, direktur Institut Penelitian Ukraina.

Plokhii mengatakan peta yang menggambarkan demarkasi antara padang rumput dan hutan memiliki "kemiripan yang mencolok" dengan peta politik. Ini dapat dilihat saat pemilihan presiden Ukraina pada tahun 2004 dan 2010.

Krimea diduduki dan direbut dengan paksa wilayahnya oleh Rusia pada tahun 2014. Diikuti dengan pemberontakan separatis di wilayah Ukraina timur Donbas. Pemberontakan ini menghasilkan deklarasi Republik Rakyat Luhansk dan Donetsk yang didukung Rusia.

Saat ini, pasukan Rusia kembali berkumpul di perbatasan Ukraina, garis patahan yang mencerminkan sejarah wilayah yang penuh gejolak.