"Di lereng Gunung Tangkuban Perahu, kopi berhasil tumbuh dengan baik dan dipanen pada tahun 1807 dengan hasil yang sangat memuaskan," ungkap Fazar Shiddieq dalam skripsinya.
Pieter Engelhard telah mengerahkan tenaga kerja petani untuk berkebun kopi di lereng gunung dari kalangan kaum bumiputera. Kesuksesan itu, mendorong persebaran biji kopi Engelhard ke perkebunan lain, seperti Gunung Patuha, Mandalawangi, Galunggung, dan Malabar.
Geliat perkebunan kopi yang berkembang pesat, mendorong perubahan mata pencaharian petani Priangan, "dari kerja di sawah ke usaha perkebunan kopi," tambahnya.
Kesuksesan itu sampai pada perniagaan Belanda di Eropa. Bisnis kopi dan perkebunan Engelhard telah dikenal luas pasar internasional. Alhasil, kopinya yang mulai dikenal di Eropa dengan sebutan Javakoffie (Kopi Jawa).
Kehadiran Javakoffie milik Engelhard telah berhasil menggeser kopi-kopi yang sudah beredar di Eropa sebelumnya. Kopinya telah menggantikan kopi pahit dari Batavia atau le mauvais Cafe de Batavia (Kopi pahit-buruk dari Batavia) yang ada sejak abad ke-18.
Baca Juga: 2050 hingga 2100, Kita Kekurangan Kopi dan Pasokan Pangan Bergizi
Baca Juga: Minum Kopi Berikan Rangsangan Pada Organ Pencernaan? Ini Penjelasannya