Riwayat Orang Belanda Menanam Kopi Priangan yang Sohor di Eropa

By Galih Pranata, Selasa, 22 Februari 2022 | 12:00 WIB
Soerang petugas Belanda di perkebunan kopi Priangan, Jawa Barat. Kehadiran Javakoffie milik Engelhard telah berhasil menggeser kopi-kopi yang sudah beredar di Eropa sebelumnya. (KITLV)

Nationalgeographic.co.id—Orang-orang Belanda telah terilhami membawa biji kopi untuk ditanam di tanah Jawa yang subur. Perjalanan orang-orang Eropa itu dimulai oleh Pieter van den Broecke, saat ia melakukan perjalanan ke Mekah.

Perjalanannya ke Kota Suci umat Islam itu dimulai pada tahun 1616. "Ia menemukan minuman yang disebut kahauwa atau kahwah yang dibuat dari biji-biji coklat tua dicampur air panas," tulis Fazar Shiddieq Karimil Fathah.

Fazar menulis dalam skripsinya untuk Universitas Sebelas Maret Surakarta, berjudul Penanaman Kopi Dalam Sistem Preangerstelsel Tahun 1830-1870, 2014.

Aroma dan rasanya yang menggugah, meyakinkan Broecke untuk mulai mengembangkan kahwah di Hindia-Belanda. "Broecke memberitahukan temuannya tersebut kepada pemerintah kolonial di Nusantara," imbuhnya.

Laporan yang diterima pemerintah Hindia-Belanda di tahun 1636, membuat Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, van Diemen bergegas mengunjungi Mekah untuk membawa sejumlah biji kopi untuk ditanam di Jawa.

Sebelumnya, penduduk Jawa tidak asing dengan wiji kahwah sejak abad ke-10 M, yang kemungkinan merupakan kopi yang berasal dari Timur Tengah.

Menurut Haryoto Kunto (1984) dalam karya Fazar, Nicolas Jitsen adalah orang yang telah mendatangkan cangkok kopi dari Arab, bersama dengan Abraham van Riebek yang membawa benih kopi.

Potret perkebunan Javakoffie sekitar tahun 1901-1902. (KITLV)

Mereka mendarat di Pelabuhan Ratu, sebuah pesisir di kawasan Hindia-Belanda, pada tahun 1712. Biji kopi yang dibawa van Riebek dianggap sebagai benih kopi yang pertama menginjakkan kaki di Pulau Jawa.

Era kopi dimulai di Priangan dengan kesediaan pemerintah Hindia-Belanda yang membuka perkebunan kopi yang luas di kawasan Priangan (sekarang Jawa Barat) sejak abad ke-18.

Sebagai uji cobanya, pemerintah telah membangun areal perkebunan kopi di Batavia yang kemudian dilanjutkan di kawasan Priangan. Johan van Haarm dan Hendrick Zwaardecroon memulai uji coba penanaman kopi pertama di Hindia-Belanda.

Sayangnya, kopi tak dapat berkembang dengan baik di iklim Batavia yang panas. Pada akhirnya, pada 1789, seorang Belanda bernama Pieter Engelhard mulai membuka perkebunan kopi di lereng Gunung Tangkuban Perahu, di kawasan Priangan.

"Di lereng Gunung Tangkuban Perahu, kopi berhasil tumbuh dengan baik dan dipanen pada tahun 1807 dengan hasil yang sangat memuaskan," ungkap Fazar Shiddieq dalam skripsinya.

Pieter Engelhard telah mengerahkan tenaga kerja petani untuk berkebun kopi di lereng gunung dari kalangan kaum bumiputera. Kesuksesan itu, mendorong persebaran biji kopi Engelhard ke perkebunan lain, seperti Gunung Patuha, Mandalawangi, Galunggung, dan Malabar.

Geliat perkebunan kopi yang berkembang pesat, mendorong perubahan mata pencaharian petani Priangan, "dari kerja di sawah ke usaha perkebunan kopi," tambahnya.

Kesuksesan itu sampai pada perniagaan Belanda di Eropa. Bisnis kopi dan perkebunan Engelhard telah dikenal luas pasar internasional. Alhasil, kopinya yang mulai dikenal di Eropa dengan sebutan Javakoffie (Kopi Jawa).

Kehadiran Javakoffie milik Engelhard telah berhasil menggeser kopi-kopi yang sudah beredar di Eropa sebelumnya. Kopinya telah menggantikan kopi pahit dari Batavia atau le mauvais Cafe de Batavia (Kopi pahit-buruk dari Batavia) yang ada sejak abad ke-18.

Baca Juga: 2050 hingga 2100, Kita Kekurangan Kopi dan Pasokan Pangan Bergizi

Baca Juga: Minum Kopi Berikan Rangsangan Pada Organ Pencernaan? Ini Penjelasannya