Jenis-Jenis Gladiator dalam Pertarungan Mematikan Romawi Kuno

By Utomo Priyambodo, Kamis, 24 Februari 2022 | 07:00 WIB
Relief Halicarnassus yang menggambarkan pertarungan antar gladiatriks (gladiator untuk perempuan), Amazon dan Achillia. (Wikimedia)

Nationalgeographic.co.id—Tak hanya dikenal sebagai bangsa yang inovatif, Romawi kuno juga dikenal dengan sifatnya yang suka berperang. Sifat suka kekerasan ini tidak hanya memanifestasikan dirinya dalam kebijakan imperialis Romawi, tetapi juga dalam bentuk olahraga kekaisaran yang paling terkenal, yakni pertarungan gladiator.

Konsep permainan gladiator berakar pada bangsa Etruria, pendahulu Romawi. Dalam masyarakat Etruria, permainan gladiator seharusnya menjadi bagian dari ritual penguburan untuk menghormati orang-orang yang sudah meninggal.

Dengan demikian, pertarungan gladiator awalnya memiliki makna sakral. Namun, selama berabad-abad, permainan pemakaman ini menjadi bentuk hiburan, dan pertempuran gladiator Romawi paling awal dikatakan terjadi pada 264 Sebelum Masehi.

Seiring berjalannya waktu, banyak gladiator yang bertarung justru karena dipaksa masuk ke arena sebagai tawanan perang, budak, atau penjahat dengan hukuman mati. Penggunaan musuh-musuh Romawi yang kalah dalam permainan ini tercermin dalam beberapa jenis gladiator, termasuk Thraex (atau Thracian), Hoplomachus, dan Samnite.

Terlepas dari kehidupan yang keras dan genting, para gladiator adalah superstar pada zaman mereka. Manfaat yang dapat ditemukan dalam pertempuran di arena pertarungan, seperti ketenaran, kemuliaan, dan kekayaan, nyatanya cukup kuat untuk menarik beberapa orang untuk menjadi gladiator secara sukarela.

Bahkan, tercatat juga bahwa beberapa kaisar Romawi ikut serta dalam permainan gladiator. Yang paling terkenal di antarany adalah Kaisar Commodus. Partisipasi kaisar dalam permainan ini, bagaimanapun, dicemooh oleh beberapa orang, karena para gladiator termasuk dalam kelas sosial terendah.

Hasil penelitian yang menganalisis gigi-gigi para gladiator yang ditemukan di Driffield Terrace, York, Inggris, juga menunjukkan bahwa para gladiator umumnya berasal dari latar belakang yang keras. Penelitian menunjukkan sebagian besar pria sangat kekurangan gizi saat masih anak-anak dan kemungkinan besar berasal dari keluarga kurang mampu.

Jasad-jasad para gladiator menunjukkan bahwa orang-orang malang itu, bagaimanapun, diberi makan dengan baik dan beradaptasi dengan pertempuran di kemudian hari. Ini dimaksudkan agar mereka menjadi petarung yang lebih kuat dan lebih mengesankan dalam permainan gladiator.

Ada laporan saksi mata tentang gladiator perempuan di Roma. Menurut sejarawan abad pertama Suetonius, Kaisar Domitian membuat wanita bertarung dengan obor di malam hari. Karena dinilai merendahkan martabat perempuan Romawi, Kaisar Septimus Severus melarang gladiatriks pada 200 M. (Ad Meskens Wikimedia Commons)

Meskipun status sosial para gladiator rendah, mereka memiliki potensi untuk mendapatkan perlindungan dari kelas atas. Bahkan, kadang-kadang mereka mendapat perlindungan dan hadiah dari kaisar.

Menurut Suetonius, kaisar Nero menganugerahkan seorang gladiator, Spiculus, dengan rumah dan perkebunan yang layak untuk para jenderal yang kembali dengan penuh kemenangan dari perang.

Dikutip dari Ancient Origins, ada berbagai jenis gladiator dalam permainan mematikan Romawi kuno. Masing-masing dibedakan berdasarkan senjata dan baju besi yang digunakan.

Baca Juga: Pembagian Kelas di Romawi Kuno dan Upaya Para Budak untuk Naik Kasta

Baca Juga: Cara Orang Romawi Bawa Hewan Buas Ke Colosseum, Ini Penjelasannya

Baca Juga: Kehidupan Sehari-hari Orang-Orang Romawi sejak Pagi hingga Malam

Salah satu dari beberapa jenis gladiator adalah retiarius yang berarti pejuang jaring. Ini adalah jenis gladiator yang dipersenjatai dengan jaring, trisula, dan belati. Dengan sedikit armor atau baju zirah, retiarius mengandalkan kecepatan dan kelincahan di arena.

Jenis kedua adalah secutor yang artinya 'pengikut' atau 'pengejar'. Jenis gladiator ini secara teratur diadu dengan retiarius, dan memiliki helm halus berbentuk seperti kepala ikan. Gladiator ini dipersenjatai dengan pedang dan membawa perisai.

Gladiator yang ketiga adalah murmillo. Jenis gladiator ini kadang-kadang disebut sebagai 'manusia ikan' karena motif ikan pada helm beratnya. Dia bertarung dengan pedang dan membawa perisai juga.

Jenis keempat adalah hoplomachus yang berarti pejuang bersenjata. Gladiator ini memulai pertempuran dengan tombak dan memiliki belati sebagai senjata cadangan. Gladiator ini juga memiliki perisai bundar kecil, helm bertepi, terkadang berbulu, pelindung lengan, dan pelindung tulang kering untuk perlindungan.

Salah satu scene dalam film Gladiator (2000). Para budak, tawanan perang, hingga beberapa kaisar Romawi ikut menjadi gladiator dan bertarung dalam permainan itu hingga mati. (Imperium Romanum)

Yang kelima adalah gladiator thraex atau dikenal juga sebagai thracian. Gladiator ini memiliki baju besi yang mirip dengan hoplomachus, tetapi helmnya memiliki kepala Medusa berlapis perak di bagian depan dan kepala griffin di bagian atas. Gladiator ini memiliki perisai bulat atau persegi kecil dan bertarung menggunakan pedang Thracian yang melengkung.

Jenis yang keenam adalah rudiarius, tipe gladiator langka yang telah memenangkan kebebasannya tetapi memilih untuk kembali berperang di arena. Gladiator ini umumnya sangat populer di masyarakat.

Beberapa grafiti peninggalan Romawi mengungkapkan jumlah kemenangan yang dimiliki beberapa gladiator, seperti: 'Petronius Octavius ​​35, Severus 55, Nascia 60.' Grafiti lain ditulis untuk menunjukkan bahwa gladiator cukup populer di kalangan wanita: 'Crescens, pejuang jaring, memegang hati semua gadis', dan 'Caladus, orang Thraecian, membuat semua gadis mendesah.'

Semakin banyak kemenangan yang diraih seorang gladiator, semakin berharga dia. Popularitas gladiator pemenang terbukti dalam grafiti-grafiti yang masih hidup di dinding kota Roma dan kota-kota lain di mana permainan semacam itu pernah diadakan.