Gawat! Kupu-kupu dan Lebah Kesulitan Menemukan Bunga Akibat Polusi

By Agnes Angelros Nevio, Jumat, 25 Februari 2022 | 09:00 WIB
lebah adalah salah satu serangga yang paling bermanfaat (Boba Jaglicic)

Nationalgeographic.co.id—Karena tidak memiliki hidung, serangga seperti kupu-kupu dan lebah menggunakan antenanya untuk mendeteksi aroma. Antena itu membantu mereka menemukan makanan dan banyak lagi. Namun, apa yang terjadi ketika polusi udara menguasai aroma yang menjadi andalan makhluk-makhluk ini? Serangga-serangga itu cenderung tidak mengunjungi bunga atau menyerbukinya. Seperti itulah temuan sebuah studi baru yang akan kita bahas kali ini.

Orang bergantung pada serangga untuk menyerbuki tanaman yang menghasilkan banyak buah, kacang-kacangan, dan sayuran yang kita makan. Studi sebelumnya telah menunjukkan polusi udara perkotaan mungkin menutupi aroma yang digunakan serangga untuk menemukan bunga. Misalnya, ozon-bahan dalam kabut asap-dapat memecah aroma yang dikeluarkan oleh bunga. Model komputer memperkirakan ini akan menyebabkan masalah bagi serangga yang mencari bunga untuk dimakan. Tetapi para ilmuwan tidak yakin itu akan terjadi dalam kehidupan nyata.

James Ryalls dan timnya memutuskan untuk mencari tahu apakah itu akan terjadi.

Ryalls adalah seorang ahli biologi di University of Reading di Inggris. Bekerja di ladang tanaman sawi hitam, kelompoknya membuat sistem yang terdiri dari cincin berdiameter delapan meter (26 kaki). Setiap area terbuka, sehingga serangga di dekatnya bisa terbang ke dalamnya. Para peneliti memompa gas polutan ke dalam cincin ini. Dua cincin menerima asap diesel. Dua lagi mendapat ozon. Dua lainnya mendapat kedua gas. Sepasang cincin terakhir adalah kontrol dan tidak menerima gas tambahan.

Tes berlangsung selama dua musim panas. Selama setiap musim tanam, para ilmuwan menghitung berapa kali serangga mengunjungi bunga di setiap cincin.

“Hasilnya jauh lebih parah dari yang kami duga,” kata Ryalls. Menambahkan knalpot diesel dan polusi ozon “menyebabkan 90 persen lebih sedikit serangga yang dapat menemukan bunga yang mereka butuhkan untuk makanan,” katanya. Ini dibandingkan dengan cincin bebas polutan. Dalam beberapa kasus, hanya sekitar 30 persen dari serangga penyerbuk yang memasuki lingkaran dengan polusi yang disalurkan.

Ini mengejutkan para ilmuwan. Tingkat gas yang dibawa masuk sebanding dengan apa yang mungkin ditemukan di dekat lalu lintas jalan normal. Tingkat tes di bidang ini sebenarnya lebih rendah dari batas hukum di Inggris.

Tim tersebut membagikan temuannya dalam Environmental Pollution bulan ini.

Polusi udara dapat memengaruhi tingkat penyerbukan pada tanaman (Nitam Patel)

Tantangan teknik

Menghitung serangga terbukti lebih mudah daripada memasukkan polusi ke dalam lingkaran, catat Ryalls. “Daripada menjadi ilmuwan riset, selama dua tahun saya lebih menjadi insinyur paruh waktu.” Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengerjakan bagian-bagian sistem yang perlu diperbaiki. Di tengah perjalanan, terjadi tumpahan solar. “Pada akhir setiap eksperimen musim panas, saya mencium bau pom bensin,” katanya. Satu efek: "Serangga sekarang menghindari saya."

Tapi kegaduhan itu sepadan dengan hasilnya, tambahnya. Data baru menunjukkan dampak polusi udara pada tujuh kelompok serangga termasuk lebah, ngengat, hoverflies dan kupu-kupu.