Masih Mengandung Limbah Nuklir, Apa yang Terjadi Jika Chernobyl Dibom?

By Sysilia Tanhati, Rabu, 2 Maret 2022 | 11:00 WIB
PENYAKIT DAN KESANGSIAN Menderita kanker tiroid/gondok, Oleg Shapiro, 54, dan Dima Bogdanovich, 13, mendapat perawatan di sebuah pusat perawatan tiroid di Belarusia. Sebagai seorang 'likuidator', Shapiro membahayakan kesehatannya dengan meratakan rumah- rumah terkontaminasi dekat reaktor yang hancur. Sepertinya sulit dipercaya bahwa Dima, lahir jauh setelah ledakan, terkena kanker karenanya. Sementara radioaktivitas yang menyebabkan kanker tiroid. (GERD LUDWIG/NATIONAL GEOGRAPHIC)

Baca Juga: 'Teror Merah', Pembantaian Brutal Jadi Pembuka Jalan Berdirinya Soviet

Bahan bakar bekas atau unsur radioaktif yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik meluruh menjadi unsur yang lebih stabil.

"Kekhawatiran paling serius adalah penyimpanan basah bahan bakar bekas. Karena itu mungkin jumlah bahan radioaktif paling terkonsentrasi di lokasi," imbuh Lyman. Umumnya, bahan bakar nuklir bekas masih memiliki panas peluruhan. Jadi jika disimpan di gudang basah, harus ada cara untuk menghilangkan panas itu.

Bahan bakar itu telah mendingin setidaknya selama beberapa dekade. Namun jika ada gangguan pada pendinginan atau kebocoran yang menyebabkan air mengalir, maka bahan bakar itu bisa memanas hingga terbakar. Hal ini bisa menjadi ancaman terbesar bagi Chernobyl.

Gambar menunjukkan ruang kelas sebuah bangunan sekolah yang ditinggalkan di Chernobyl. (Gerd Ludwig/National Geographic)

Namun menurut Lyman, pembakaran seperti itu bisa memakan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu.

Kekhawatiran yang lebih baru melibatkan peningkatan tingkat radiasi di sekitar fasilitas. Peningkatan ini kemungkinan besar akibat debu radioaktif yang diterbangkan oleh kendaraan militer. Tetapi jenis debu dan dosis radiasi yang diukur menunjukkan bahwa ini mungkin tidak terlalu menjadi ancaman. Peningkatan sementara ini tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

"Tingkat dosis yang mereka temukan tidak jauh lebih besar dari tingkat dosis biasa di daerah itu," ungkapnya lagi.

Meski demikian, ancaman konflik Rusia-Ukraina serta potensi Chernobyl menjadi target adalah hal yang perlu dipertimbangkan. Terutama tentang rencana perluasan tenaga nuklir ke bagian dunia yang saat ini memiliki wilayah yang lebih tidak stabil.