Stasiun Ambarawa: Riwayatnya Bersama Kota Militer Hindia Belanda

By Ratu Haiu Dianee, Sabtu, 5 Maret 2022 | 08:00 WIB
Depo Lokomotif pada Museum Kereta Api Indonesia di Ambarawa (Tri Wahyu Prasetyo)

Stasiun Ambarawa yang kini menjadi Museum Kereta Api Indonesia (Tri Wahyu Prasetyo)
   

Stasiun Willem yang Kini menjadi Musium Kereta Api Indonesia

Pada 1976, Perusahaan Jawatan Kereta Api atau PJKA menghentikan pengoperasian Stasiun Willem I dan rute sekitarnya seperti Ambarawa - Secang - Magelang dan Ambarawa - Parakan - Temanggung.

Kemudian, Kepala PJKA atau Perusahaan Biro Kereta Api Ir. Soeharso bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Soepardjo Roestam untuk membahas rencana pembangunan museum kereta api.

Stasiun Willem I atau Stasiun Ambarawa ini akan dijadikan sebagai Museum Kereta Api Indonesia dengan mengumpulkan beberapa lokomotif uap dan lokomotif lainnya yang akan diletakkan di stasiun Ambarawa.

Baca Juga: Kota Awal Kereta Api Menderu

Baca Juga: Kilas Balik Perkembangan Kereta Api di Indonesia dari Tahun 1870-1900

Dalam rencana ini bertujuan untuk menyelamatkan tinggalan lokomotif uap yang salah satunya menjadi daya tarik wisata di Jawa Tengah.

Selain itu, mengingat Ambarawa memiliki latar belakang sejarah yang kuat dalam perjuangan kemerdekaan Pertempuran Ambarawa.

Akhirnya, Stasiun Ambarawa resmi menjadi museum pada  21 April 1978 yang diresmikan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia Rusmin Noerjadin yang menjabat pada saat itu.

Koleksi sarana perkeretaapian heritage pada Museum Kereta Api terdiri dari 26 lokomotif uap, 4 lokomotif diesel, 5 kereta, dan 6 gerbong dari berbagai daerah.

Selain itu, rel bergerigi pada Stasiun Bedono menjadi satu-satunya rel bergerigi yang masih aktif di Indonesia.