Nationalgeographic.co.id – Bagi orang Indonesia, bersantap tanpa nasi seringkali dianggap kurang lengkap dan nikmat. Bahkan, saking lekatnya nasi sebagai makanan pokok masyarakat, ada istilah "belum kenyang kalau belum makan nasi".
Beras seolah sudah menjadi sumber makanan pokok yang tidak tergantikan. Padahal, Indonesia memiliki beragam sumber bahan pangan utama, salah satunya adalah sorgum.
Sayangnya, menurut kajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPPT), keberadaan sorgum semakin langka. Hal tersebut diungkapkan oleh pemilik sekaligus pendiri Tambiyaku, Muhammad Bayu Hermawan, dalam wawancara daring, Selasa (22/2/2022).
“Pada 2015, saya sempat mendapat kabar bahwa sorgum terancam punah. Saat itu, saya masih memiliki usaha jamur dan jagung. Dari info ini, saya tergerak untuk memperkenalkan sorgum. Apalagi makanan ini biasa saya konsumsi bersama nenek ketika kecil,” ungkap Bayu.
Baca Juga: Repin Menggambar Pilu Para Pengangkut Tongkang Sungai Volga di Rusia
Sebagai upaya membudidayakan sorgum, Bayu mengalihfungsikan sebagian lahan jagungnya. Namun, upaya tersebut berakhir gagal karena kurangnya minat masyarakat dan terbatasnya jangkauan pasar.
“Sempitnya pasar membuat 'kecelakaan'. Mau tidak mau, sorgum yang sudah dipanen (harus) dijual murah karena khawatir busuk atau tidak terjual,” lanjutnya.
Tak patah arang, Bayu mencoba kembali membudidayakan sorgum pada 2017. Sorgum yang ia panen kali ini tidak lagi dijual di pasar lokal, melainkan diekspor ke berbagai negara Eropa. Namun, kualitas sorgum yang rendah membuat upayanya gagal lagi.
“Kami akhirnya kena penalti karena kualitas sorgum yang buruk. Padahal, saat itu, kami sudah kontrak dengan para petani lokal,” ucapnya.
Baca Juga: Gereja Anglikan, Jejak Orang-orang Inggris pada Zaman Bahari Jakarta
Alih-alih berkecil hati, Bayu memutar otak lebih keras. Ia tak lagi menjual sorgum dalam bentuk mentah, melainkan sebagai produk olahan. Mulai dari beras sorgum, tepung, gula, hingga kecap. Produk inilah yang Bayu pasarkan dengan merek Tambiyaku.
Seiring berjalannya waktu, minat masyarakat terhadap produk berbasis sorgum pun mulai meningkat. Kondisi pandemi Covid-19, menurut Bayu, menjadi titik balik dari kerja kerasnya.
“Produk sorgum perlahan mulai dilirik oleh masyarakat, apalagi ketika pandemi. Banyak orang mulai sadar akan pentingnya konsumsi makanan sehat,” imbuhnya.
Kendati demikian, perjuangan Bayu dalam memperkenalkan sorgum bukan hal yang mudah. Masih banyak masyarakat yang sangsi karena rasa sorgum yang cenderung hambar.
Baca Juga: Kisah Fanatisme Sepak Bola Korea, 'Son Heung-Min Adalah Segalanya'
“Dibanding nasi, sorgum sebenarnya punya kandungan gizi yang lebih baik. Sorgum juga cocok untuk terapi diabetes karena rendah gula. Kendalanya, selain banyak yang belum tahu (kandungan gizinya), rasa juga jadi pertimbangan konsumen,” tuturnya.
Bayu menuturkan butuh strategi marketing dan edukasi yang tepat agar masyarakat memahami manfaat sorgum. Beruntung, ia mendapat kesempatan mengikuti program #ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat yang digelar Bank OCBC NISP dan KG Media.
“Upaya edukasi dan marketing sebenarnya sudah jalan, tapi masih terasa kurang masif dan menjangkau banyak audiens. Akhirnya, ketemulah program #ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat,” papar Bayu.
Sebagai informasi, program #ONPreneruship Mencari Jagoan Lokal Sehat merupakan upaya Bank OCBC NISP untuk memberdayakan pelaku bisnis UMKM mulai dari aspek operasional, marketing, finansial sampai dengan permodalan. Selain itu, pelaku UMKM juga dapat memperoleh wawasan usaha melalui webinar, networking, dan bootcamp.
Baca Juga: Temuan Wadah Perunggu dengan Penutup Emas di Malang: Sisa Mataram Kuno
Melalui program #ONPreneruship Mencari Jagoan Lokal Sehat, Tambiyaku berkesempatan mengikuti fasilitas bootcamp selama satu bulan sepanjang Desember 2021. Bayu menilai program ini menjadi sumber inspirasi sekaligus wadah untuk mengukur kinerja Tambiyaku.
“Kami jadi bisa cek ombak, ternyata performa dan kinerja Tambiyaku sudah sejauh apa, sudah mirip dengan topik pelatihan apa belum,” katanya.
Bayu menjelaskan terdapat empat sesi coaching yang dilakukan secara daring selama mengikuti bootcamp, yaitu Financial FIT, Branding FIT, Marketing FIT, dan Digital FIT. Masing-masing sesi dimentori oleh ahli di bidangnya.
“Empat sesi ini saya akui 'mahal', dalam arti sangat jarang UMKM bisa mendapat kesempatan langsung dari para expert tentang metode promosi, perencanaan keuangan, sampai sistem dan manajemen karyawan,” imbuhnya.
Baca Juga: Astronom Deteksi Ledakan Angin Hangat yang Kuat dari Bintang Neutron
Selain mendapat pelatihan, para pelaku UMKM juga bisa saling berinteraksi dalam satu forum. Sesi ini, kata Bayu, membuka kesempatan para pelaku UMKM untuk bisa saling mengenal sekaligus berbagi praktik baik.
“Pelaku UMKM di program ini bisa saling mengobrol dan kolaborasi. Tambiyaku juga sudah menjalin beberapa kerja sama dengan UMKM yang juga jadi peserta. Kami saling support dari segi bahan baku dan usaha,” ungkap Bayu.
Puncak acara program #ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat diisi dengan mengumumkan tiga pemenang yang diseleksi dari 1.500 pelaku UMKM peserta webinar, networking, dan bootcamp. Seleksi pemenang dilakukan berdasarkan proposal dan presentasi tiap peserta.
Tambiyaku berhasil menyabet juara pertama dengan hadiah senilai Rp 35 juta. Tak hanya itu, Tambiyaku juga akan mendapat fasilitas pendampingan dari Bank OCBC NISP. Mulai dari konsultasi keuangan, dukungan pemasaran, hingga kredit usaha.
“Fasilitas marketing seperti foto dan branding berguna sekali untuk menopang strategi bisnis dan keberlanjutan Tambiyaku. Semoga kami dapat terus memasarkan produk lebih luas dengan berbagai fasilitas dari Bank OCBC NISP,” pungkasnya.
Program #ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat merupakan ekosistem pemberdayaan yang dibutuhkan oleh para pelaku bisnis UMKM. Karena tidak hanya menginspirasi, tetapi juga memberikan hal praktis yang bisa langsung berguna untuk peningkatan bisnis.
Informasi lebih detail tentang program #ONPreneurship dapat ditemukan di akun Instagram @ONMelajuJauh.