Kekaisaran yang Makin Besar, Inikah Penyebab Kejatuhan Romawi Kuno?

By Sysilia Tanhati, Rabu, 9 Maret 2022 | 13:00 WIB
Para sejarawan percaya bahwa kejatuhan Romawi Kuno telah dimulai secara bertahap sejak abad ke-3 (Thomas Cole/New York Historical Society)

Banyak sejarawan percaya kejatuhan Romawi Kuno menyebabkan 'zaman kegelapan' berikutnya. Ini termasuk penurunan pendidikan, melek huruf, ekonomi dan hukum yang akan memakan waktu berabad-abad untuk pulih.

Ungkapan 'kejatuhan Romawi' adalah salah satu yang populer yang sering dilontarkan. Tetapi kapan 'kejatuhan' ini benar-benar terjadi?

476 Masehi sering disebut sebagai jatuhnya Romawi Kuno

476 Masehi paling sering disebut sebagai waktu ketika Romawi kuno 'jatuh'. Para sejarawan telah memilih waktu ini karena inilah saat faksi barat Kekaisaran Romawi dihancurkan sehingga mengakhiri pemerintahannya.

Pada waktu inilah Odoaker barbar Jerman yang tak kenal takut, pemimpin menakutkan dari klan Torcilingi, menggulingkan anak Kaisar Romulus Augustulus. Penaklukan itu mengakhiri Kekaisaran Romawi barat dan pemerintahan Romawi kuno.

Sejak saat itu, Odoaker menjadi raja Italia, memaksa Romulus yang malang untuk menyerahkan mahkotanya dan mundur untuk bersembunyi. Setelah 1000 tahun dominasi dunia yang luar biasa, tidak ada Kaisar Romawi yang akan pernah memerintah dari Italia lagi.

Kenyataannya, kejatuhan Romawi terjadi secara bertahap selama ratusan tahun

Meskipun Odoaker dipercaya membawa kejatuhan Roma, pada kenyataannya, sejarahnya jauh lebih kompleks dan bernuansa. Roma tidak dibangun dalam sehari, dan juga tidak dihancurkan oleh satu insiden atau individu.

Faktanya, banyak yang berpendapat kejatuhan Kekaisaran Romawi telah terjadi secara bertahap selama ratusan tahun. Dan apa yang dilakukan oleh Odoaker tidak menimbulkan efek besar bagi kejatuhan Romawi Kuno.

Pada awal abad ketiga, Kekaisaran Romawi telah menjadi terlalu besar untuk dikelola sebagai satu negara, jadi sesuatu harus dilakukan. Kaisar Diokletianus membagi Roma menjadi Kekaisaran Timur dan Barat pada tahun 285 Masehi.

Masing-masing pihak memiliki sistem kepercayaan politik dan ideologis mereka sendiri yang sangat berbeda satu sama lain. Seiring waktu, Kekaisaran Barat melemah, sementara pihak Timur tumbuh lebih kuat.

Jadi, beberapa orang mungkin mengatakan perpecahan di abad ketiga ini adalah saat kejatuhan Romawi yang sebenarnya dimulai.

Konstantinus I Menggeser Pusat Kekaisaran Romawi ke Konstantinopel Pada 313 M

Kaisar Romawi Konstantinus I membuat langkah berani pada tahun 313 M. Ia memindahkan pusat Kekaisaran Romawi dari kota Roma ke kota Konstantinopel yang baru didirikan. Ada yang mengatakan perpindahan dari barat ke timur ini akhirnya menyebabkan penurunan Kekaisaran Romawi barat.

Yang lain berpendapat bahwa Konstantinus I sebenarnya menyelamatkan seluruh Kekaisaran Romawi dengan membuat langkah ini.

Dengan cara ini, ia menjauhkan kekaisaran dari invasi konstan dan bencana ekonomi yang dihadapinya di dalam negeri. Di Konstantinopel, kekaisaran dapat memulai era baru.

Di tempat barunya di Konstantinopel, Kekaisaran Romawi, yang kemudian dikenal sebagai Kekaisaran Bizantium, berkembang pesat selama bertahun-tahun yang akan datang.

"Kita cenderung menganggap Bizantium sebagai orang dan negara yang terpisah dari Romawi. Tetapi mereka menyebut diri mereka "Romanoi" dan melihat diri mereka sebagai warga negara dari pemerintahan Romawi," kata Kristina Sessa, profesor sejarah di The Ohio State University.

Argumen lain adalah bahwa Roma tidak pernah benar-benar jatuh sama sekali. Sejarawan besar kontemporer Mary Beard bahkan berpendapat, "Tidak ada yang namanya jatuhnya Kekaisaran Romawi."

Perpecahan Roma menjadi faksi timur dan barat dalam arti tertentu merupakan penanda keberhasilannya yang luar biasa. Juga menunjukkan betapa luas dan beratnya hal itu.

Setelah pusat kota Roma ke Konstantinopel dan Kekaisaran Bizantium didirikan, kota itu terus berkembang selama hampir seribu tahun lebih.

Kita bahkan mungkin mengatakan, alih-alih jatuh, kekaisaran Roma hanya mengubah status. Baru pada tahun 1453 Konstantinopel akhirnya direbut oleh Kekaisaran Ottoman, sehingga menghancurkan Kekaisaran Bizantium selamanya. Ini, mungkin, akhir sebenarnya dari Kekaisaran Romawi. Bahkan jika jaraknya ribuan kilometer jauhnya dari kota Roma yang sebenarnya.