Nationalgeographic.co.id - Pada dasarnya, ketakutan itu penting. Di alam liar, ini bisa berfungsi sebagai mekanisme perlindungan, yang memungkinkan hewan untuk menghindari pemangsa atau ancaman lain yang dirasakan. Namun, bagi manusia, ketakutan jauh lebih kompleks. Jumlah normal membuat kita aman dari bahaya. Akan tetapi dalam kasus-kasus ekstrem, seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD), rasa takut yang berlebihan dapat mencegah orang menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.
Para peneliti secara aktif bekerja untuk memahami bagaimana otak menerjemahkan rasa takut menjadi suatu tindakan.
Ahli saraf dari Sekolah Fisiologi, Farmakologi, dan Ilmu Saraf Bristol telah menyelidiki bagaimana otak kecil memengaruhi aktivitas di area otak lain yang disebut sebagai periaqueductal grey (PAG). Periaqueductal grey, atau PAG, adalah area materi abu-abu yang ditemukan di otak tengah yang mengoordinasikan mekanisme bertahan hidup, termasuk respons koping yang ditimbulkan oleh rasa takut.
Ada beberapa obat anti-kecemasan yang tersedia. Kebanyakan dari mereka tidak dianggap efektif dan memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Dengan cara mengidentifikasi mekanisme yang mendasari rasa takut dan kecemasan dapat mengembangkan perawatan yang lebih baik untuk gangguan kecemasan.
Dalam studi mereka, para ilmuwan mencatat aktivitas yang ada di dalam wilayah PAG otak model hewan melalui elektroda. Kemudian mereka menempatkan model dalam tugas pengondisian, di mana nada pendengaran dipasangkan dengan kejutan kaki kecil. Ini menginduksi 'memori ketakutan' dan pembekuan, indeks perilaku ketakutan.
Mereka menemukan bahwa subhimpunan sel otak yang ada di dalam area PAG otak, terlalu responsif terhadap nada yang dikondisikan, sesuai dengan pengkodean memori ketakutan. Namun, mengubah output cerebellar selama pengondisian menyebabkan waktu berikutnya dari aktivitas saraf terkait rasa takut di PAG menjadi kurang akurat. Selain itu, durasi perilaku ‘pembekuan’ terkait rasa takut semakin meningkat.
“Sampai sekarang, sedikit yang dipahami tentang bagaimana otak kecil memodulasi aktivitas saraf di daerah otak lain, terutama yang berkaitan dengan ketakutan dan kecemasan. Yang penting, hasil kami menunjukkan bahwa otak kecil adalah bagian dari jaringan kelangsungan hidup otak yang mengatur proses memori ketakutan pada berbagai skala waktu dan dalam berbagai cara, meningkatkan kemungkinan bahwa interaksi disfungsional dalam jaringan otak dapat mendasari gangguan terkait ketakutan dan komorbiditas,” jelas Dr. Charlotte Lawrenson dan Dr. Elena Paci, sebagaimana yang dilaporkan Tech Explorist.
Baca Juga: Orang Baik Rentan Depresi, Bagaimana Hal Ini Dapat Terjadi?
Baca Juga: Terapi Arkeologi Bagi Para Veteran Perang Dunia II Penderita PTSD
Baca Juga: Cherophobia, Kondisi Mental yang Membuat Seseorang Takut Bahagia
Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal eLife pada 24 Maret 2020 dengan judul "Cerebellar modulation of synaptic input to freezing-related neurons in the periaqueductal gray". Berdasarkan temuan ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa interaksi cerebellar-PAG berkontribusi pada proses pengondisian rasa takut. Mereka juga menunjukkan bahwa memanipulasi jalur cerebellar-PAG secara langsung menyebabkan gangguan dalam pembekuan yang dikondisikan ketakutan dan vokalisasi ultrasonik.